- Back to Home »
- IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQIH ZAKAT BERBASIS SUMBER (RESOURCE BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQIH ZAKAT BERBASIS SUMBER (RESOURCE BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA
Posted by : Unknown
Sabtu, 14 Juni 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial manusia terus menerus
berubah, perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia itu terjadi karena eksplosi di beberapa
bidang:
Pertama, eksplosi
pengetahuan: dengan adanya perubahan dalam masyarakat, maka muncul berbagai
ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari pengamatan terhadap tingkah laku manusia,
baik ilmu–ilmu sosial, ilmu-ilmu alam, dan
ilmu-ilmu keagamaan[1].
Kedua, eksplosi
publikasi: seiring dengan terjadinya eksplosi pengetahuan, maka buku yang
diterbitkan pun jutaan jumlahnya, mulai
dari ilmu sosial, ilmu alam dan ilmu keagamaan. Baik berbentuk buku, jurnal dan
majalah. Bahkan
sebuah penelitian menyatakan jumlah buku yang diterbitkan tiap bulannya
mencapai ratusan juta.[2]
Ketiga,
eksplosi teknologi: abad modern yang
ditandai dengan revolusi industri pada abad ke-18 meraih sukses secara material
dengan penemuan penemuan di bidang sains dan teknologi. Sehingga muncul berbagai alat canggih
yang diciptakan untuk menemani manusia[3]. Ledakan publikasi
yang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan memunculkan konsep-konsep
baru.
Menurut orang tertentu,
pengetahuan tentang disiplin ilmu tertentu bertambah dua kali lipat dalam sepuluh
tahun. Apa yang pada saat ini dipelajari disekolah, lima puluh tahun lagi akan
menjadi tiga puluh dua kali lipat.[4] Dengan adanya
eksplosi tersebut timbul berbagai macam permasalahan, baik berdimensi sosial,
politik, budaya maupun permasalahan keagamaan.
Banyak masalah keagamaan yang
muncul akibat modernisasi, yang mana dalam al Qur’an dan al Hadits tidak
dijelaskan secara sharih (jelas). Begitu juga dengan zakat, pada zaman
dahulu sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab fiqih klasik, jenis harta benda
yang wajib dizakati sangat terbatas pada zakat hasil bumi, zakat hasil
peternakan dan zakat harta yang ada pada zaman Rasulullah SAW. Sementara pada
zaman modern seperti sekarang ini, telah muncul berbagai jenis harta benda baru
yang belum dijelaskan ketentuan zakatnya secara sharih (jelas) dalam al
Qur’an dan as-Sunnah dan kitab-kitab klasik. Sehingga apabila ketentuan zakat
diterapkan apa adanya, maka banyak harta benda yang muncul pada masa kini tidak
wajib dizakati.
Lembaga Amil Zakat (LAZ)
menyatakan bahwa jumlah jamaah haji Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, tetapi hal ini tidak signifikan dengan peningkatan pembayaran zakat
oleh mereka.[5] Hal ini bukan karena keengganan mereka dalam membayar
zakat, akan tetapi karena ketidaktahuan mereka akan jenis harta yang wajib di zakati.
Karena pelajaran zakat yang
mereka terima di Sekolah hanya terbatas pada buku paket dan guru. Sedangkan
buku paket yang digunakan hanya menjelaskan ketentuan harta yang wajib dizakati
terbatas pada harta-harta yang muncul pada zaman Nabi SAW.
Banyak sekali permasalahan yang
timbul pada zaman sekarang ini dan di masa mendatang pun lebih banyak lagi
muncul karena adanya perubahan dalam kehidupan manusia. Biasanya sesudah
terjadi suatu peristiwa, baru para ulama melakukan ijtihad untuk menetapkan
hukumnya. Ketentuan hukum yang ditetapkan pun, terkadang terjadi ikhtilaf (perbedaan)
diantara para ulama. Sehingga konsep-konsep tentang suatu hukum bermunculan
dari berbagai segi pandang, yang tak terhingga banyaknya. Inilah yang dimaksud
eksplorasi pengetahuan di bidang agama.
Hasil ijtihad para ulama
tersebut disebarluaskan baik melalui media teknologi (internet, televisi, radio
dan sebagainya) dan media cetak (buku, jurnal, majalah dan sebagainya). Sehingga
menyebabkan membanjirnya informasi. Setiap orang membutuhkan informasi untuk
mendukung pekerjaannya atau tugas-tugasnya, misalnya banker membutuhkan
informasi yang terkait dengan perbankan dalam menjalankan usahanya. Demikian
pula dengan pelajar membutuhkan informasi untuk membantu memahami pelajarannya.[6]
Melihat realitas ini timbul
pertanyaan apakah yang harus di ketahui?. Bagaimana dapat mengikuti
perkembangan yang terjadi karena adanya eksplorasi?. Yang mungkin dapat di kuasai adalah hal-hal
yang paling umum yang diajarkan di Sekolah. Pengetahuan itupun diperoleh dari
dua sumber yang jangkauannya sempit, yaitu guru dan buku paket pelajaran.
Eksplosi yang terjadi di
beberapa bidang memerlukan cara belajar dan pendekatan baru. Salah
satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Resource Based Learning (RBL)
atau Pembelajaran Berdasar Sumber.
RBL adalah bentuk belajar yang
langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara
individual atau kelompok, dengan segala kegiatan yang bertalian dengan itu. Jadi
tidak dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan materi kepada peserta
didik. Jadi dalam RBL ini guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya dan
utama. Belajar juga dapat dilaksanakan didalam kelas maupun diluar kelas.[7] Dan dalam segala
hal peserta didik dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi. Anak bebas
belajar dengan kemampuan dan kecepatan sesuai dengan kemampuannya. Setiap
peserta didik tidak dituntut untuk memperoleh informasi yang sama dengan temannya.
Sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan semangat.
Pembelajaran dengan hanya
menggunakan satu sumber buku pelajaran sebagai pedoman dalam pembelajaran,
tidak relevan lagi dengan revolusi yang terjadi pada saat ini. Meskipun sampai
sekarang buku pelajaran memang masih menjadi pilihan utama guru agama sebagai
pedoman dalam mengajar.
Pendidikan model monologis ini
tidak hanya menghalangi proses pendewasaan peserta didik secara wajar, tetapi
justru menghilangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu
model-model pendidikan monologis tidak relevan bila diterapkan di era
globalisasi ini.
MA Nurul Muhtadin merupakan
salah satu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Depag. Sebagian siswa MA
Nurul Muhtadin menetap di Asrama yang mana materi keagamaan yang diterima siswa
ketika belajar di Asrama berdasar pada kitab-kitab klasik, yang mana
kitab-kitab tersebut tidak sepenuhnya relevan menghadapi eksplorasi yang
terjadi. Selain itu terdapat perpustakaan sebagai pusat sumber belajar yang
berada di sekitar MA Nurul Muhtadin.Adapun permasalahan yang dihadapi di kelas
X antara lain:
a) Anak merasa bosan akan metode
konvensional, seperti ceramah
b) Kurangnya pengetahuan tentang materi
zakat
c)
Jauhnya jarak antara pusat belajar dengan kota.
Oleh karena itu
MA Nurul Muhtadin sangat tepat sebagai obyek pelaksanaaan Resource Based
Learning yang memang membutuhkan sumber belajar yang beraneka macam.Sejauh
pengamatan peneliti Resource Based Learning jarang diterapkan pada
lembaga pendidikan, apalagi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan penerapan metode RBL (Pembelajaran Berdasar Sumber)
dalam membantu peserta didik dalam menguasai materi zakat, maka penulis
mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut dengan judul skripsi “Implementasi
Pembelajaran Fiqih Zakat Berbasis Sumber
“(Resource
Based Learning)" Dalam Meningkatkan
Prestasi Siswa di MA Nurul Muhtadin Kelas X”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana pembelajaran fiqih zakat dengan metode Resource Based Learning di
MA Nurul
Muhtadin?
2. Bagaimana prestasi siswa terhadap materi
zakat di MA Nurul Muhtadin?
3. Bagaimana efektifitas Resource Based
Learning (RBL) dalam meningkatkan prestasi
siswa terhadap materi zakat di MA Nurul Muhtadin?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah yang
telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui
dan mendeskripsikan Pelaksanaan Resource Based Learning (RBL) dalam pembelajaran materi zakat di MA Nurul Muhtadin
2.
Mengetahui dan
mendeskripsikan penguasaan siswa terhadap materi zakat di MA Nurul Muhtadin
3.
Mengetahui dan mendeskripsikan efektifitas tingkat
penguasaan siswa terhadap materi zakat setelah diterapkan Resource Based Learning
(RBL) di MA Nurul Muhtadin.
D. Kegunaan Penelitian
Setiap hasil penelitian pasti memiliki
arti dan manfaat.Baik kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang
dicermati maupun manfaat untuk kepentingan praktis.
Hasil penelitian ini
sekurang-kurangnya memiliki manfaat sebagai berikut :
1) Bagi Lembaga MA Nurul Muhtadin
Sebagai informasi dan pedoman dalam hal
konseptual tentang pembelajaran berdasar sumber (Resource Based Leaening), dan
dapat memberikan kontribusi berharga kepada MA Nurul Muhtadin dan sekolah
lainnya serta dapat dijadikan sebagai bahan dalam mengevaluasi dalam pelaksanaan
RBL pada pelajaran Fiqih dan pelaksanaan bidang studi lainnya.
2) Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan guru untuk
memilih metode yang sesuai dengan
tujuan pengajaran.
3) Bagi Peneliti
a)
Dapat menerapkan secara langsung teori-teori yang penulis peroleh selama di
bangku kuliah.
b)
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Tarbiyah dan
Adab IAIN “SMH” Banten.
4) Bagi siswa
dengan
model RBL (Resource Based Learning) di harapkan siswa lebih berminat dalam belajar.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Supaya dapat menghasilkan pembahasan
yang terarah maka perlulah adanya ruang lingkup penelitian atau batasan masalah
agar pembahasan dalam skripsi ini dapat terarah dengan tepat.
Adapun hal-hal yang akan penulis batasi
adalah Tingkat Prestasi
siswa kelas X terhadap materi Zakat di MA Nurul Muhtadin.
Dengan demikian lingkup masalah hanya pada Siswa kelas X MA Nurul Muhtadin.
F.
Sistematika Pembahasan
Sistem pembahasan dalam skripsi
ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, Mencakup: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang Lingkup dan Sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Teoritis, Mencakup: Pembahasan
Tentang Resource Based Learning meliputi (Pengertian
Resource Based Learning, Pendekatan
Pembelajaran, Tujuan
Resource Based Learning, Ciri-Ciri
Resource Based Learning, Kelebihan
dan Kelemahan Resource Based Learning, Pelaksanaan
Resource Based Learning dalam Pendidikan, Guru
dan Siswa Dalam Resource Based Learning. Pembahasan Tentang Prestasi Siswa meliputi (Pengertian
Prestasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Siswa, Langkah-Langkah
Meningkatkan Prestasi Siswa, Efektifitas Resource Based Learning Dalam
Meningkatkan Prestasi Siswa)
Bab III Metodologi Penelitian, mencakup: Model Penelitian Tindakan Kelas
(Model Proses, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas), Siklus Tindakan, Setting
Penelitian, Indikator Keberhasilan, Instrumen Penelitian, Tehnik Pengolahan
Data danHipotesis Tindakan
Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian, mencakup: Pelaksanaan Penelitian,
Hasil Penelitian, Analisis Hasil Penelitian dan Rekapitulasi Hasil Penelitian
Bab V Penutup, Mencakup: Kesimpulan dan Saran-saran,
BAB II
KAJIAN TEORITIS IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN FIQIH ZAKAT BERBASIS SUMBER (RESOURCE
BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA
A. Tinjauan Tentang Resource
Based Learning
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Sumber.
Menurut Merril
(1971) pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana seseorang dengan sengaja
diubah dan dikontrol dengan maksud agar dapat bertingkah laku atau bereaksi
sesuai kondisi tertentu. Sedangkan menurut Degeng (1989) pembelajaran merupakan
upaya membelajarkan siswa.[8]
Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa melalui
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang
optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran
yang ada. Kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran
berkaitan dengan bagaimana (how to) membelajarkan
siswa, atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong
oleh kemauannya untuk mempelajari apa (what
to) yang harus dipelajari siswa (kurikulum). Kegiatan pembelajaran sering
kali dikatakan sebagai upaya guru membelajarkan siswa, dalam arti membuat siswa
mau belajar, dapat belajar, tertarik untuk belajar, dan senang atau betah
belajar.
Belajar
berbasis beraneka sumber telah menjadi paradigma
belajar. Untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM)
tidak ada cara yang paling tepat selain belajar dan belajar. Menurut teori
Behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku.
Belajar adalah
pembuka dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak paham menjadi paham, dari
kurang trampil menjadi mahir, dengan kata lain terjadi perubahan mental dalam
diri seseorang.[9] Resource-Based
Learning is the instructional strategy where students
construct meaning through interaction with a wide range of print, non-print and human resources. Pembelajaran Berdasar Sumber (RBL) adalah strategi pembelajaran
dimana siswa membangun pemahamannya melalui interaksi dengan berbagai
sumber belajar baik cetak, non-cetak, maupun orang. Jadi, RBL sangat
terkait erat dengan pendekatan konstruktifistik, metode belajar pemecahan
masalah (problem-based learning, inquiry learning, atau
pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).[10]
Sedangkan Menurut
Prof. Dr. S. Nasution menyatakan bahwa : RBL adalah bentuk belajar yang
langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara
individual atau kelompok, dengan segala kegiatan yang bertalian dengan itu.
Jadi tidak dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan materi kepada
peserta didik. Jadi dalam RBL ini guru bukan merupakan sumber belajar satu
satunya. Belajar bisa dilaksanakan di dalam kelas dan dilaksanakan diluar kelas.[11]
Menurut
Pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam memperoleh
informasi. Anak bebas belajar dengan kemampuan dan kecepatan sesuai dengan
kemampuannya. Setiap peserta didik tidak dituntut untuk memperoleh informasi
yang sama dengan temannya. Sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang
dan semangat. Dalam belajar berdasar sumber diutamakan tujuan untuk mendidik peserta
didik menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti. Maka ia harus dilatih
untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus
diselidiki kebenarannya berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber,
baik dari penelitian perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium maupun
sumber-sumber lain.
Pengajaran ini
tidak mengutamakan bahan pelajaran yang harus dikuasai, tidak mengharuskan
peserta didik menguasai bahan yang sama, melainkan kemampuan untuk meneliti,
konsep-konsep, ketrampilan berfikir analitis. Agar mereka mendapat kepercayaan
akan diri sendiri untuk belajar dan berfikir sendiri menghadapi dunia yang
serba cepat berubah serta eksplosi pengetahan yang membuat setiap orang
ketinggalan zaman bila tidak terus menerus belajar sepanjang hidup.
Dalam
pembelajaran ini, berkaitan dengan sumber belajar dan pusat sumber belajar. Sumber belajar (learning resource) adalah segala
sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar,
sehingga diperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.[12]
Sumber belajar ditetapkan
sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang
dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya
tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format lunak[13].
Dengan demikian sumber
belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda,
dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana peserta
didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Manfaat dari setiap sumber belajar tergantung
pada kemauan dan kemampuan guru dan peserta didik untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan pesan-pesan yang terkandung dalam sumber belajar yang
digunakan. Berdasarkan kriteria umum untuk menjamin bahwa sumber belajar
adalah sumber belajar yang cocok, sumber tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut[14]:
a.
Ekonomis dalam artian Murah
b.
Praktis dan Sederhana dalam artian tidak memerlukan
pelayanan serta pengadaan yang sulit dan langka. Misal proyektor, foto dan peta.
c.
Harus dapat tersedia dengan cepat dalam artian itu dekat.
d.
Bersifat Fleksibel
e.
Harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri
f.
Dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam proses belajar mengajar.
2.
Pendekatan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran
berdasar sumber, terdapat beberapa pendekatan
yang digunakan, yaitu[15]
:
a.
Pendekatan kompetensi
Kompetensi menunjuk
kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan
latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada
perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses
belajar.
b.
Pendekatan ketrampilan proses.
Pendekatan ketrampilan
proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada proses belajar mengajar, aktivitas dan kreatifitas
peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan,
nilai, dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian tersebut, termasuk di antaranya keterlibatan fisik,
mental, dan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran, untuk mencapai
suatu tujuan. Pendekatan ketrampilan proses bertolak pada pandangan bahwa setiap
peserta didik memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal, mereka
dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, tugas guru
adalah memberikan kemudahan pada peserta didik dengan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal.
c.
Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan
merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan
lingkungan sebagai sumber belajar.
3.
Tujuan Belajar Berbasis Sumber
Dari berbagai pemaparan diatas
maka dapat dirumuskan pula tujuan belajar berbasis aneka
sumber sebagai berikut:
a. Merangsang daya penalaran
dan kreativitas siswa sesuai dengan kemampuan
dan kecepatannya masing-masing karena berhubungan langsung
dengan berbagai sumber informasi dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan motivasi, keaktifan dan
mengembangakan rasa percaya diri siswa dalam belajar.
c. Memberikan kesempatan proses bersosialisasi
kepada siswa untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan
alat, narasumber atau tempat.
d. Meningkatkan perkembanagan siswa dalam
berbahasa melalaui komunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan
dengan sumber belajar.
4.
Ciri Ciri Resource Based Learning
a. RBL memanfaatkan sepenuhnya
segala sumber informasi sebagai sumber bagi
pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberi kesempatan
untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan
sumber-sumber
yang tersedia. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran ceramah
atau cerita ditiadakan. Dalam pembelajaran RBL dapat digunakan segala macam metode
yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu.
b. RBL memberi pengertian pada murid tentang
luas dan aneka ragamnya sumber- sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk
belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa
manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio-visual dan
sebagainya.
c. RBL mengganti pasifitas
murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif
didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pembelajaran. Untuk itu apa yang dipelajari hendaknya mengandung makna baginya, penuh
variasi. Murid
sendiri turut menentukan dan memilih apa yang akan dipelajari.
d. RBL
berusaha meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode
kerja, dan medium komunikasi, yang berbeda sekali
dengan kelas konvensional yang
mengharuskan murid-murid belajar yang sama dengan cara yang sama. Peserta didik akan timbul motivasinya jika
pembelajaran itu menarik, yang masih berada dalam batas kesanggupannya. Yang diutamakan
dalam RBL ini bukanlah materi yang harus dikuasai, melainkan penguasaan
ketrampilan tentang belajar.
e.
RBL memberi kesempatan kepada murid untuk bekerja menurut kecepatan dan
kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa bekerja menurut
kecepatan yang sama dalam hubungan kelas. Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, ada yang lebih cepat dan
lebih mendalam mempelajari sesuatu dari pada anak lain. Menggunakan kecepatan
yang sama pada semua peserta didik dapat berarti bahwa kecepatan itu tidak
sesuai bagi kebanyakan anak. Ini berarti
bahwa tidak tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
f. RBL lebih fleksibel dalam
penggunaan waktu dan ruang belajar. Jadi
dengan belajar cara ini murid-murid tidak diharuskan belajar bersama dalam
ruang yang sama pada waktu yang sama. Ini tidak berarti bahwa jadwal pelajaran
dibuang sama sekali. Karena belajar bukan hanya dalam ruang tertutup.
g.
RBL berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam belajar
yang memungkinkannya belajar sepanjang hayat. Murid-murid dibiasakan
untuk mencari dan menemukan sendiri sehingga tidak bergantung
kepada orang lain.
5.
Kelebihan dan Kelemahan Resource Based Learning
A. Kelebihan
1.
RBL ini berisi banyak jenis-jenis sumber sehingga guru dapat memperhatikan
perbedaan yang ada pada peserta didik.
2.
RBL merupakan suatu keseluruhan hingga dapat membantu siswa
untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu disiplin
ilmu.
3.
RBL dapat menarik minat siswa untuk belajar, karena dalam RBL
menggunakan berbagai metode yang tidak hanya melayani
siswa audio-visual tetapi juga kinestetis.
4.
RBL menunjukkan cara-cara belajar yang bermakna bagi murid,
sebab belajar bukan hanya untuk belajar akan tetapi mempersiapkan
untuk hidup selanjutnya.
5.
RBL dapat digunakan dalam banyak situasi dan bersifat fleksibel
baik isi maupun prosedur-prosedur mengajar.
B. Kelemahan.
1.
RBL seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan kelas tidak
efisien.
2.
Strategi ini mengharuskan penyediaan sejumlah sumber dan spesimen
dan seringkali di luar kemampuan sekolah dan siswa.
3.
Strategi ini menuntut guru berpengetahuan luas
4.
Melalui pengalaman langsung atau dengan trial and error, informasi
tak dapat diperoleh dengan cepat, berbeda halnya memperoleh
abstraksi melalui penyajian secara lisan oleh guru.
6.
Pelaksanaan Resource Based Learning dalam Pendidikan
Resource Based Learning
(RBL) adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan
segi-seginya. Metode ini dapat singkat atau
panjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau selama setengah
semester dengan pertemuan dua kali seminggu selama satu atau
dua jam, dapat diarahkan oleh guru atau barpusat pada kegiatan murid,
dapat mengenai satu mata pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai
disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan
alat audio-visual yang diamati secara individual atau diperlihatkan
kepada seluruh kelas.[17]
Dari penjabaran
tentang definisi pembelajaran berdasar sumber (RBL) maka dalam pelaksanaannya
yang perlu diperhatikan adalah:
A.
Input
1.
Material (Materials)
Material adalah
bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran dikelas.
Adapun material yamg dimaksud antara
lain:
a.
Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu
yang digunakan untuk membantu siswa belajar. Suharsimi membedakan menjadi dua macam, yaitu[18]:
1)
Alat peraga
Alat peraga adalah alat yang digunakan oleh
siswa untuk memeragakan atau mendemonstrasikan suatu materi, misalnya; peta,
model, patung organ manusia, dan alat-alat demonstrasi lainnya.
2)
Alat Pelajaran
Alat pelajaran segala sesuatu yang membantu
siswa dalam belajar. Misalnya; alat praktek biologi dan kimia, mikroskop,
pipet, tabung reaksi dan sebagainya.
3)
Media pengajaran
Media pengajaran adalah sarana pembelajaran
yang membantu menyampaikan informasi / materi pelajaran pada siswa. Misalnya; media audio dan visual.
b.
Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan
agar memungkinkan siswa belajar dengan baik. Adapun macam-macam sumber belajar antara lain[19]:
1) Manusia (people), yaitu orang yang menyampikan pesan
pengajaran secara langsung ; seperti guru, konselor,
administrator yang diniati secara khusus dan
disengaja untuk kepentingan belajar.
2) Bahan (material),
yaitu sesuatu yang mengandung pesan pelajaran. Baik yang diniati secara
langsung seperti buku-buku pelajaran. Maupun yang tidak diniati seperti majalah, Koran, jurnal dan film-film dokumenter.
3) Lingkungan (setting), yaitu ruang dan tempat ketika sumber-sumber dapat
berinteraksi dengan peserta didik. Ruang
atau tempat yang sengaja disediakan untuk
kepentingan pembelajaran, seperti laboratorium, perpustakaan dan
ruang mikro teaching.
4) Alat dan peralatan (tools and equipment), yaitu sumber
belajar produksi dan memainkan sumber-sumber lain,
misalnya radio, televisi dan tape recorder.
5) Aktifitas (actifities),
yaitu sumber belajar kombinasi antara suatu tehnik dengan sumber lain untuk memudahkan
belajar, misalnya simulasi dan karyawisata.
2.
Metode-Metode (Methods)
Kriteria utama
untuk mengajar dengan sukses ialah apakah mengajar itu berhasil atau tidak.
Mengajar dengan sukses tidak dapat dilakukan menurut suatu pola tertentu yang
diikuti secara rutin. Agar berhasil baik, mengajar itu memerlukan kecakapan, pemahaman,
inisiatif dan kreatifitas dari pihak guru. Dalam hal ini kecakapan dan
kreatifitas guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi dapat mencapai kesuksesan dalam mengajar sehingga siswa tidak
bosan dan dapat menangkap setiap materi dengan baik dan dapat mengaplikasikan dalam
sikap dan tindakan.
3.
Mesin-Mesin (Machines)
Mesin merupakan perangkat
pendukung terjadinya proses pembelajaran, yaitu dapat
berupa teknologi komputer, radio, televisi, mobil atau
media-media yang menggunakan teknologi. Alat-alat tersebut dipergunakan sekolah, baik sebagai daya dukung maupun
sebagai obyek untuk dipelajari.
B. Proses Penyelenggaraan
Pembelajaran berdasar sumber
adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan
segi-seginya. Metode ini tampaknya sebagai
suatu yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran
langsung oleh guru, pencarian bahan dari berbagai sumber belajar,
latihan-latihan formal, kegiatan penelitian, latihan memecahkan
soal dan penggunaan alat-alat audio-visual.
Cara belajar ini
dapat pula didasarkan atas berbagai macam metode dan strategi belajar.
Yang penting ialah bahwa setiap metode dan strategi yang digunakan
harus bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pelaksanaan cara belajar ini perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:[20]
1)
Pengetahuan yang ada. Ini mengenai pengetahuan guru
tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran.
2)
Tujuan pengajaran. Guru harus merumuskan dengan jelas apa yang hendak dicapai
dengan pelajaran itu. Tujuan ini tidak hanya mengenai bahan
yang harus dikuasai, akan tetapi juga keterampilan dan tujuan emosional
dan sosial.
3)
Memilih metodologi. Metode pengajaran banyak ditentukan
oleh tujuan yang hendak dicapai. Bila topik yang dihadapi itu luas, maka
berbagai ragam metode akan perlu digunakan. Biasanya metode itu akan mengandung
unsur-unsur sebagai berikut :[21]
a)
Uraian tentang apa yang dipelajari
b)
Diskusi dan pertukaran pikiran
c)
Kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai alat intruksional,
laboratorium dan lain-lain
d)
Kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekitar sekolah,
misalnya kerja-lapangan, eksplorasi dan penelitian.
e)
Kegiatan-kegiatan dengan menggunakan berbagai sumber belajar
seperti buku, alat audio-visual, dan lain-lain.
f)
Koleksi dan penyediaan bahan harus diketahui bahan dan
alat yang dimiliki sekolah. Bahan dapat pula dipinjam, seperti buku dari
perpustakaan umum. Bahan yang diperlukan oleh semua murid dapat diperbanyak
dengan di foto copi. Bahan harus disiapkan sebelumnya. Juga sumber-sumber di
luar sekolah harus diselidiki agar dapat dimanfaatkan bila diperlukan.
4)
Tempat. Segala kegiatan pembelajaran formal harus dilakukan dalam ruang
tertentu, bisa ruang perpustakaan, kelas, laboratorium dan lain-lain.
7.
Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Berdasar
Sumber (RBL)
Hal-hal
yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran berdasar sumber adalah sebagai berikut:
1.
Guru
a.
Menguasai bahan, yang meliputi:
1)
Pemahaman konsep
2)
Kemampuan menyajikan
3)
Kemampuan menanggapi pertanyaan siswa
b.
Variasi Stimuli
1)
Menumbuhkan inisiatif belajar
siswa
2)
Menumbuhkan kerjasama antar siswa dalam
belajar
3)
Mendorong siswa untuk menghargai waktu
4)
Menumbuhkan kesenangan belajar siswa
5)
Mendorong siswa untuk berfikir rasional
dan kritis
6)
Mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam belajar.
c.
Mengelola proses belajar mengajar
1)
Menciptakan suasana/pengalaman belajar yang dapat mencapai secara
bersama tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik
2)
Menggunakan waktu yang tersedia untuk berbagai tujuan
3)
Menggunakan waktu yang tersedia untuk menumbuhkan berbagai jenis
kegiatan individual siswa
4)
Memberikan bimbingan belajar yang minimal tetapi dapat menumbuhkan
proses belajar siswa yang terarah
5)
Memvariasikan tugas sesuai dengan kemampuan siswa secara individual
dalam waktu yang tersedia
6)
Memberikan stimuli sedikit mungkin tetapi dapat mengundang respon
siswa.
d.
Penggunaan media dan sumber
1)
Mampu mengenal, memilih dan menggunakan
media dan metode yang tepat
2)
Mampu membuat alat-alat atau sumber belajar bagi siswa
3)
Mampu menggunakan atau mengelola pusat belajar dalam proses
belajar mengajar
4)
Mampu mendorong penggunaan perpustakaan dalam proses belajar
mengajar
2.
Siswa
Kegiatan siswa dalam
pembelajaran ini meliputi:
a.
Dalam proses belajar mengajar
1)
Perhatian: siswa khusus memperhatikan hal
yang akan dipelajari.
2)
Menyadari tujuan belajar: siswa sadar akan
tujuan intruksional dan bersedia melibatkan diri.
3)
Berpersepsi selektif: siswa mengamati
unsur-unsur dalam perangsang yang relevan dengan pokok
bahasan.
4)
Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan
5)
Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan pengamatan
b.
Penggunaan media dan sumber
1)
Mampu mengenal, memilih dan menggunakan
media dan metode yang tepat
2)
Mampu menggunakan pusat belajar dalam
proses belajar mengajar
3)
Mampu menggunakan perpustakaan dalam
proses belajar mengajar
c.
Kemandirian siswa
1)
Tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan
2)
Mampu menggunakan waktu yang tersedia
untuk berbagai tujuan
3)
Memusatkan jawaban pada tugas.
B.
Tinjauan Tentang Prestasi Siswa
1.
Pengertian Prestasi
Dalam kamus Bahasa
Indonesia, Prestasi mengandung arti hasil yang dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).[22]
Sedangkan menurut
Slameto Prestasi adalah: proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[23]
Sedangkan definisi
Prestasi menurut tinjauan beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1)
Muhibbin Syah: prestasi adalah segenap ranah psikologi
meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik yang berubah sebagai akibat dari
pengalaman dan proses belajar peserta didik.[24]
2)
Menurut Hamdani, Prestasi adalah: hasil dari pengukuran
terhadap siswa yang meliputi factor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes
atau instrument yang relevan.[25]
3)
Menurut Zakiah Daradjat dkk, definisi prestasi adalah
suatu uasaha mengubah tingkah laku peserta didik yang diharapkan (meliputi:
Kognitif, Afektif dan Psikomotorik) setelah mempelajari mata pelajaran
tertentu.[26]
Dari pengertian
diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa Prestasi belajar adalah suatu hasil usaha
yang dicapai peserta didik dalam mengubah tingkah laku setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur menggunakan instrument tes atau nilai yang diberikan
oleh guru. Perubahan ini meliputi tiga aspek, yaitu: Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik.
1)
Aspek Kognitif
Aspek Kognitif meliputi
penguasaan pengetahuan dan kemampuan intelektual yang menekankan pada proses
mental untuk mengorganisasikan dan mereorganisasikan bahan yang telah diajarkan.
2)
Aspek Afektif
Aspek Afektif meliputi
segala perubahan dalam segi sikap, mental, perasaan dan kesadaran peserta didik
3)
Aspek Psikomotorik
Meliputi segala perubahan
yang bersangkutan dengan keterampilan yang lebih bersifat fa’aliyah dan konkret (tindakan Motorik)[27]
2.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Siswa
Adapun
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto adalah: Faktor
Internal dan Faktor Eksternal
A. Faktor Internal, meliputi:
a)
Faktor Jasmani, meliputi: kesehatan dan cacat tubuh
Kesehatan adalah: keadaan
baik segenap tubuh serta bebas dari penyakit. Sedangkan cacat tubuh adalah:
suatu yang menyebabkan seseorang dalam kondisi kurang baik atau sempurna
mengenai tubuhnya.
b)
Faktor Psikologis
Factor Psikologis ini
meliputi tujuh macam, diantaranya:
1)
Intelegensi; merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2)
Perhatian; merupakan kearifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju kepada suatu objek.
3)
Minat; adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan
4)
Bakat; merupakan kemampuan untuk belajar
5)
Motif; merupakan sesuatu yang ada pada diri seseorang, ini untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
6)
Kematangan; merupakan suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru
7)
Kesiapan; adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi
c)
Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang
dapat mempengaruhi kondisi belajarnya, untuk itu jika diperhatikan, kelelahan
yang ada pada diri seseorang ada dua macam, yaitu: kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani.[28]
B. Faktor Eksternal, meliputi:
a)
Faktor Keluarga
Lingkungan keluarga sangat
berpengaruh sekali terhadap perkembangan dan kemampuan peserta didik, seperti:
bagaimana cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana
rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
b)
Faktor Sekolah
Adapun sekolah juga akan
berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik, pengaruh sekolah ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan peserta didik, hubungan
peserta didik dengan peserta didik lainnya, disiplin sekolah, pelajaran dan
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah
c)
Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan factor
eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi
karena keberadaan peserta didik dalam masyarakat yang meliputi: kegiatan
peserta didik dalam masyarakat, media massa yang memberikan pengaruh baik
ataupun buruk, teman bergaul, yang dapat mempengaruhinya dan bentuk kehidupan
masyarakat itu sendiri.[29]
Sedangkan menurut hamdani,
faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: Faktor internal (yang
berasal dari peserta didik itu sendiri) dan Faktor Eksternal (yang berasal dari
luar).
1)
Internal
a)
Kecerdasan (Inteligensi)
Kecerdasan merupakan kemampuan belajar
disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya
b)
Jasmani dan Fisiologi
Kondisi jasmani pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, karena factor ini meliputi
semua seluruh anggota tubuh (khususnya pancaindra) yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran peserta didik
c)
Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk
mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda baik berupa sikap positif atau negative.
Sikap dapat dipengaruhi oleh factor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan
d) Minat
Menurut ahli psikologi minat merupakan
kecendrungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat suatu secara terus
menerus
e)
Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating
f)
Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajar[30]
2)
Eksternal
a)
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil
dalam masyarakat, tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Lingkungan
pendidikan yang pertama adalah keluarga dan tugas utama keluarga sebagai
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan
b)
Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Oleh
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong peserta didik untuk
belajar lebih giat
c)
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat sekitar sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pribadi seorang anak, sebab dalam kehidupan
sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia tinggal.[31]
Dari kedua
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu:
faktor Internal dan faktor eksternal, serta kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi.
Faktor Internal
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi: Kecerdasan (inteligensi), jasmaniah, sikap, minat,
bakat, serta motivasi sangat berpengaruh dan berperan dalam mencapai prestasi
belajar yang baik
Faktor eksternal
juga harus mendukung, sebab pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif
dan tidak memberikan paksaan kepada individu tersebut. Adapun factor lingkungan
yang sangat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
keluarga, sekolah dan masyarakat.
3.
Langkah-langkah meningkatkan Prestasi Belajar
siswa
Sebagaimana yang telah
dijelaskan bahwa setiap anak memiliki gaya
belajar dan proses berfikir yang berbeda. Oleh karena itu langkah untuk
meningkatkan pemahaman ataupun prestasi siswa harus disesuaikan dengan gaya
belajar dan berfikir mereka.
a. Belajar sesuai dengan gaya
berfikir
1) Sekuensial Konkret
Pelajar
jenis ini mendasarkan dirinya pada realitas, mereka memproses informasi dengan cara teratur, urut dan
linier. Bagi mereka realitas adalah apa yang dapat
mereka serap melalui indra fisik
yaitu penglihatan, persentuhan, pengucapan, pencecapan dan pembauan.[32]
Mereka
memperhatikan dan mengingat berbagai detail dengan mudah dan mengingat fakta-fakta, informasi
spesifik, rumus-rumus, dan berbagai peraturan dengan
mudah. Praktik adalah cara belajar yang terbaik bagi
pelajar jenis ini.
2) Acak Konkret
Tipe ini hampir sama dengan
sekuensial konkret., Mereka juga mendasarkan diri
pada realitas, tetapi mereka cenderung lebih melakukan
pendekatan coba-coba (trial and error)[33].
Oleh karena itu, mereka sering membuat lompatan intuitif untuk pemikiran kreatif
sejati. Mereka memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan
alternatif dan menemukan berbagai hal dengan cara mereka
sendiri. Belajar yang tepat untuk jenis ini adalah dengan problem
solving atau pendekatan inquiri dan discovery.
3) Acak Abstrak
Pelajar jenis ini mengatur
informasi melalui refleksi, dan berkembang pesat dalam lingkungan tak
berstruktur dan berorientasi kepada manusia. “Dunia nyata” bagi pelajar acak
abstrak adalah dunia perasaan dan emosi[34]. Pikiran acak abstrak menyerap
berbagai gagasan, informasi dan kesan, lalu mengaturnya kembali melalui
refleksi. Cara
belajar yang tepat untuk jenis ini adalah pemasangan stiker
dan peta konsep.
4) Sekuensial Abstrak
Pelajar
jenis ini suka berfikir konseptual dan menganalisis informasi. Mereka berpotensi menjadi filosof dan
ilmuan peneliti yang hebat. Mereka mudah mengetahuiapa
yang penting, seperti poin-poin
utama dan detail yang signifikan. Proses berfikir mereka logis, rasional, dan intelektual. Aktifitas favorit
bagi sekuensial abstrak adalah membaca. Dan jika ada tugas
penelitian mereka melakukannya dengan sangat teliti.
Biasanya mereka lebih senang bekarja
sendiri daripada kelompok. Arahkan jenis pelajar ini menuju situasi yang sangat terstruktur dan latihkanlah
logika.
b. Belajar sesuai gaya belajar
Gaya belajar
seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi.[35] Oleh sebab itu gaya belajar di bedakan
menjadi tiga jenis[36], yaitu:
1) Gaya
belajar Auditorial
Gaya belajar ini
dimana mereka atau siswa yang lebih senang belajar dengan cara mendengarkan.
Jadi belajar Auditif adalah cara belajar yang menekankan pada aspek
pendengaran. Pesertadidik akan cepat belajar jika materi disampaikan dengan
ceramah atau alat yang dapat didengar. Pikiran Auditori yang mereka miliki akan
lebih kuat dari pada yang mereka sadari. Telinga mereka terus-menerus menangkap
dan menyimpan informasi, bahkan tanpa kita sadari.
Ketika mereka
membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak mereka
menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi seluruh auditori
yang kuat dalam diri siswa, maka usahakan mencari cara untuk mengajak mereka
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan
pengalaman mereka dengan suara, atau dengan membaca keras-keras secara dramatis.
Dengan cara ini
setidaknya siswa lebih mudah mengingat dan dapat belajar dengan cepat jika
materinya disampaikan secara belajar auditori. Karena dengan belajar auditori
dapat merangsang kortes (selaput otak), indera dan motor (serta area otak
lainnya) untuk memadatkan dan mengintegrasikan pembelajar (siswa). Kerakteristiknya adalah:
a. Belajar dengan mendengarkan
b.
Merasa sulit untuk menulis, akan tetapi hebat dalam bercerita
c. Lebih
senang membaca keras, mengunakan bibir dan mendengarkan.
d. Susah
untuk menyerap atau mengerjakan sesuatu tanpa mengunakan atau melibatkan visual.
2) Gaya
Belajar Visual
Visual di sini diartikan
belajar dengan mengamati dan menggambarkan atau disebut
dengan istilah “Learning by Observing
and Picturing”. Adapun cara belajar
visual adalah cara belajar yang menekankan pada aspek penglihatan. Peserta didik akan
cepat menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan
atau melalui gambar.
Ketajaman
Visual sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk
memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Faktanya
orang-orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk mempelajari teknis dan
ilmiah memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan jangka pendek dibandingkan
dengan mereka yang tidak menggunakan pencitraan, dan 2% lebih baik untuk
ingatan jangka panjang. Dalam hal ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang
usia, etnis, gender/gaya belajar yang
dipilih.
Setiap orang
terutama pembelajaran visual lebih mudah belajar jika dapat “melihat” apa yang
sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer.
Bagi pelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari
dunia nyata, diagram, peta gagasan, gambar dan gambaran dari segala macam hal
ketika mereka sedang belajar. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang
terutama siswa dengan keterampilan visual yang kuat adalah dengan mengamati
situasi dunia nyata, lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu,
menggambarkan proses, prinsip atau makna
dari apa yang dicontohkan.
Visual
mencakup melihat, menciptakan dan mengintegrasikan
segala macam citra komunikasi visual lebih kuat dari pada komunikasi verbal karena manusia mempunyai
lebih banyak peralatan di kepala mereka untuk
memproses informasi visual dari pada indera lainnya. Karakteristiknya
adalah:
a. Mengingat
dari apa yang lihat dan di dengar
b. Teliti
terhadap hal-hal yang detail
c.
Berbicara dengan cepat dan sering mencoret-coret tanpa arti ketika
membaca
d. Cenderung
sering memberikan jawaban singkat “ya” atau “tidak”.
3)
Gaya Belajar Kinestik
Gaya belajar ini belajar
lebih berorientasikan pada tubuh atau fisik. Karena mereka lebih cenderung senang
bergerak, meraba-raba, dan mengunakan tubuhnya
ketika belajar. Karakteristiknya adalah:
a. Menanggapi
perhatian fisik dan lebih banyak bergerak.
b.
Belajar melalui manipulasi dan praktik
c.
Menggunakan jari ketika membaca
d. Menghafal
dengan cara berjalan dan melihat serta tidak dapat mengingat dengan detail
Untuk
merangsang pikiran-tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri
dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke
waktu. Tidak semua pembelajaran
memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan bergantiganti menjalankan
aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, akan
membantu pembelajaran pada setiap peserta didik. Jadi antara
tubuh dan otak (pikiran) adalah satu dan harus saling mengiringi,
karena pikiran tersebar di seluruh tubuh, dan terbukti tubuh
tidak akan bergerak jika pikiran tidak beranjak.
Kinestik
melibatkan aktivitas fisik selama berlangsungnya aktivitas belajar. Duduk terlalu lama, baik di dalam
kelas maupun di depan komputer akan dapat menghasilkan
tenaga. Akan tetapi jika berdiri, bergerak kesana-kemari, dan
melakukan sesuatu secara fisik dari waktu ke waktu membuat
seluruh tubuh terlibat, memperbaiki
sirkulasi otak dan meningkatkan pembelajaran.
Anak
memang memiliki gaya belajar yang berbeda dan kegiatan pembelajaran harus mampu melayani setiap gaya
belajar yang di miliki siswa. Ini bukan berarti
guru harus melayani setiap siswa
dengan metode belajar yang berbeda, akan tetapi memilih pembelajaran yang dapat melayani setiap jenis, dengan
berbagai macam pendekatan belajar.
4)
Intelektual
Kata “Intelektual”
menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pikiran mereka secara
internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman
tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan
masalah dan membangun mereka.
Jadi intelektual
adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk
berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar.
Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat
makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang di gunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman dan
pemahaman menjadi kearifan. Peserta didik akan menguasai materi pelajaran jika
pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga ia mempunyai kesempatan
untuk membuat suatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa
yang dipelajari. Pengalaman belajar juga hendaknya menyediakan proporsi yang
seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya.
Intelektual juga disebut
dengan “Learning by Problem and Reflecting” maksudnya
yaitu belajar dengan pemecahan masalah. Jadi cara belajar intelektual adalah cara belajar yang lebih menekankan
pada aspek penalaran/logika. Peserta didik akan cepat menangkap materi
jika pembelajaran dirancang dengan menekankan pada aspek mencari solusi
pemecahan.
C. Efektifitas Resource
Based Learning (Pembelajaran
Berbasis Sumber) dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa.
Dalam upaya membelajarkan
siswa, guru dituntut memiliki multi peran
sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Agar dapat
mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa
(kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Dengan memberikan
kesempatan belajar kepada siswa untuk melibatkan dirinya secara
aktif dalam belajar.
Makin banyak siswa terlibat
aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan pemahaman yang dicapainya. Sedangkan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran hendaknya guru mampu
merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukannya dalam
bentuk interaksi belajar mengajar.
Pemahaman siswa dapat
tercapai jika belajar tersebut sesuai dengan gaya
belajar siswa. Dan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran
berdasar sumber. Pelaksanaannya sebagai berikut: ketika materi zakat, menuliskan
pengalaman tentang zakat dan permasalahan yang muncul, menunjukkan
jumlah nisab zakat dan perhitungannya, kemudiaan permasalahn
itu dipecahkan bersama dengan mencari pemecahannya melalui belajar
dengan sumber baik buku, sumber orang dan elektronik. Dan pembelajaran jenis ini dapat melayani semua jenis gaya belajar dan
berfikir siswa, sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran yang
disampaikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Penelitian Tindakan Kelas
1.
Model Proses
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.[37]
Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar
sekelompok peserta didik. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk
mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah
tindakan (treatment) yang sengaja
dimunculkan.tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan peserta
didik, atau oleh peserta didik dibawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.[38]
Hopkins mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiry atau suatu
usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam
sebuah proses perbaikan dan perubahan. Sedangkan Ebbutt mengemukakan penelitian
tindakan kelas adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan
tersebut.
Dari beberapa pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan dalam bidang
pendidikan yang dilakukan dalam suatu kelas atau sekelompok peserta didik yang
dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta
didik.
Selanjutnya untuk mendukung prosedur pelaksanaan
penelitian ini, penulis menggunakan model penelitian tindakan kelas berdasarkan
siklus secara berulang dan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggert. Model siklus ini secara umum terdiri atas: Perencanaan,
Tindakan, Observasi dan Refleksi.
2.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.
Perencanaan (Planing), yaitu
rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan masalah
yang hendak dipecahkan dan hipotesis yang diajukan
b.
Tindakan (Acting), yaitu
deskripsi tindakan yang dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan
dikerjakan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
c.
Observasi (Observing), yaitu
kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang dilakukan. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan cara pengamatan, atau cara lain yang sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
d.
Refleksi (Reflecting), yaitu
kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas
data yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang.
B. Siklus
Tindakan
Penelitian tindakan kelas yang akan peneliti rancang
sebnayak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi yang akan dikembangkan dalam setiap siklus
pembelajarannya.
Berikut ini akan digambarkan bagan siklus penelitian
tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggert:
Gambar
3.1
Bagan
Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggert
C. Setting
Penelitian
1)
Tempat
Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas
X Madrasah Aliyah (MA) Nurul Muhtadin, Link. Tiga Maya, Desa Telaga Luhur, Kec.
Waringin Kurung, Kab. Serang.
2) Waktu Penelitian
Penelitian
Tindakan Kelas dilakukan dari tanggal 06 September sampai dengan 21 Oktober
2012
3)
Subjek
Penelitian
Subjek
yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X MA Nurul
Muhtadin
4) Siklus Penelitian
Penelitian
Tindakan kelas direncanakan menggunakan dua siklus untuk meningkatkan prestasi
siswa melalui pembelajaran berbasis sumber (Resource
Based Learning)
D. Indikator
Keberhasilan
Indikator keberhasilan
penelitian tindakan kelas ini yaitu jika:
1.
Minimal 75% siswa kelas X MA Nurul Muhtadin telah mampu menjelaskan macam-macam objek zakat dalam Islam
2.
Menyebutkan nishab pada masing-masing objek zakat
3.
Menjelaskan dalil-dalil berkait dengan kedudukan zakat
dalam Islam
4.
Minimal 75% dari jumlah siswa Kelas X Ma Nurul Muhtadin telah mencapai
nilai Standar Ketuntasan Minimum (SKM) pembelajaran Fiqih Zakat yaitu mencapai
nilai 70
E. Instrumen
Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini yaitu bahan ajar, alat tes, observasi dan wawancara.
1. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian yang sangat penting dari
suatu proses pembelajaran secara keseluruhan. Karena penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar, maka diperlukan bahan ajar
yang didesain khusus sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Bahan ajar ini mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dibuat dan digunakan disekolah.
2. Alat Tes
Dalam penelitian tindakan kelas instrument tes
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar peserta didik, baik
melalui tes lisan maupun tes tulis
3. Wawancara
Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data dari
individu secara langsung, baik wawancara dengan siswa maupun dengan guru atau
mentor. Namun instrument penelitian dengan wawancara ini hanya sebagai data
sekunder dalam penelitian tindakan kelas ini.
4. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.[39]
Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan terhadap
aktifitas siswa dan guru dalam pembelajaran fiqih Zakat melalui pembelajaran
berbasis sumber baik dari segi proses pembelajaran, keaktifan siswa maupun
hasil ataupun prestasi belajar siswa.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
bentuk observasi partisipatif, yang dimana dalam observasi ini pengamat ikut
serta atau terlibat dalam penelitian ini.
Dalam melakukan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau panduan observasi, dimana format disusun berdasarkan item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi atau dapat
disebut juga observasi terstruktur.
Instrumen penelitian kegiatan pembelajaran disebut juga
alat penilaian kemampuan dan aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kemampuan
dan aktivitas belajar siswa digunakan alat penilaian observasi penampilan
mengajar dan aktivitas belajar siswa dalam implementasi pembelajaran fiqih
zakat. Untuk masing-masing penelitian terdapat sejumlah aspek yang dilengkapi
dengan empat deskriptor setara (A,B,C,D). Masing-masing deskriptor memiliki
skor minimum 1 dan maksimum 4. Penelitian untuk setiap aspek ditentukan oleh
jumlah skor deskriptor yang nampak, dibagi banyaknya aspek yang diamati.
Penilaian untuk setiap aspek yang mengacu kepada deskriptor ditentukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1.
Nilai 4, jika semua deskriptor tampak dan sangat baik
2.
Nilai 3, jika hanya tiga deskriptor yang tampak dan sangat baik
3.
Nilai 2, jika hanya dua deskriptor yang tampak dan sangat baik
4.
Nilai 3, jika hanya satu deskriptor yang tampak dan sangat baik
F. Tehnik
Pengolahan Data
1.
Pengolahan data tes
Pengolahan
data tes sangat diperlukan, hal ini dilakukan untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar siswa dan dapat dijadikan sebagai tolak ukurdalam menentukan prestasi
siswa setelah pembelajaran dengan berbasis sumber berlangsung. Penskoran
jawaban soal tes objektif yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu
jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Dari
penskoran nilai tes diatas, untuk mendapatan data yang valid dan akurat dalam
penelitian ini, berikut akan dirumuskan cara memperoleh dan mendapatkan data
yang diinginkan dari tes yaitu dengan mencari dan menentukan nilai rata-rata
kelas, dengan menggunakan rumus:
Ket:
X : Nilai
Rata-rata Kelas
: jumlah Nilai Siswa
N : Banyknya
Siswa.[40]
2.
pengolahan Data Observasi
a.
Observasi Siswa
Pengolahan data
observasi diperlukan untuk menunjang sekaligus mendukung terhadap pencapaian
hasil belajar siswa dalam penelitian tindakan kelas. Pengolahan data dari
aspek-aspek penilaian aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Nilai yang
diperoleh diinterpretasikan dengan acuan konversi nilai sebagai berikut:[41]
Skor (Dalam
Angka)
|
Nilai (Dalam
Huruf)
|
KET:
|
3,50-4,00
|
A
|
A = Sangat Baik
|
3,00-3,50
|
B
|
B = Baik
|
3,00-2,99
|
C
|
C = Cukup
|
Kurang dari 2
|
D
|
D = Kurang
|
Sehingga untuk mengelola data observasi diatas maka
didapatkan rumus sebagai berikut:[42]
Jumlah
nilai observasi pada semua aspek
Skor Penilaian =
jumlah seluruh
aspek yang diamati
b.
Observasi Guru
Pengolahan data dari aspek-aspek penilaian penampilan
mengajar guru dan metode (Sumber yang digunakan) dalam proses pembelajaran.
Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan acuan konversi nilai sebagai
berikut:[43]
Skor (Dalam
Angka)
|
Nilai (Dalam
Huruf)
|
KET:
|
3,50-4,00
|
A
|
A = Sangat Baik
|
3,00-3,50
|
B
|
B = Baik
|
3,00-2,99
|
C
|
C = Cukup
|
Kurang dari 2
|
D
|
D = Kurang
|
Sehingga
untuk mengelola data diatas, maka didapatkan rumus sebagai berikut:[44]
Jumlah nilai observasi pada semua aspek
Skor Penilaian =
jumlah
seluruh aspek yang diamati
G. Hipotesis
Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban atau kesimpulan sementara
terhadap masalah penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian
yang akan dilaksanakan, yang kemudian dirumuskan dalam kalimat pernyataan.[45]
Hipotesis tindakan ini perlu guna menguji penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang
telah dipaparkan, maka hipotesis tindakan dalam skripsi ini adalah “Terdapat peningkatan Prestasi Siswa pada
Materi Fiqih Zakat Kelas X MA Nurul Muhtadin Melalui Pembelajaran Berbasis
sumber (Resource Based Learning)”.
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A.
Pelaksanaan Penelitian
1.
Pra Siklus
a.
Observasi
Kegiatan
observasi yang peneliti lakukan pada pra siklus ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang implmentasi pembelajaran berbasis sumber pada mata pelajaran
fiqih materi zaqatdan mengetahui prestasi siswa kelas X MA Nurul Muhtadin.
Kegiatan observasi ini dilakukan pada hari .
observasi juga dilakukan dalam bentuk tes prestasi kemampuan dalam penguasaan
materi zakat.
b.
Refleksi
Berdasarkan
hasil kegiatan observasi yang peneliti lakukan terhadap proses pembelajaran
fiqih zakat kelas X MA Nurul Muhtadin Kab.
Serang, terlihat bahwa implementasi pembelajaran fiqih zakat yang dilakukan
masih menggunakan metode yang monoton, yakni masih menggunakan metode klasik
dengan cara ceramah dan kemudian siswa disuruh mengerjakan LKS (Lembar Kerja
Siswa) untuk menguji kemampuannya dalam masalah zakat.
2.
Siklus I
3.
Siklus II
B.
Hasil Penelitian
1.
Hasil Penelitian Pra Siklus
a.
Data Hasil test Pra Siklus
Tabel 4.1
Hasil test Pra Siklus
No
|
Nama siswa
|
Penilaian
|
||
KKM
|
Pra Siklus
|
Ket
|
||
1
|
Ahmad Hilmi
|
|||
2
|
Agustini
|
|||
3
|
Al-hajud
|
|||
4
|
Andri Sukma
|
|||
5
|
Awaludin
|
|||
6
|
Daeng Saputra
|
|||
7
|
Dahliah
|
|||
8
|
Dede Wahyudin
|
|||
9
|
Desi Putri Hardiyanti
|
|||
10
|
Eko Hasan Saputra
|
|||
11
|
Hayanah
|
|||
12
|
Iip Omi
|
|||
13
|
Imastuti
|
|||
14
|
Intan Safitri
|
|||
15
|
Janah
|
|||
16
|
M. Haidir Ali
|
|||
17
|
Muhromin
|
|||
18
|
Mukhkamad
|
|||
29
|
Mustabsiroh
|
|||
20
|
Na’imah
|
|||
21
|
Nasiah
|
|||
22
|
Nurmariyah
|
|||
23
|
Parikah
|
|||
24
|
Rifkiyani
|
|||
25
|
Saefi
|
|||
26
|
Sahroni
|
|||
27
|
Sanwani
|
|||
28
|
Siti Adawiyah
|
|||
29
|
Siti Mardiyah
|
|||
30
|
Sri Indayani
|
|||
31
|
Suhaili
|
|||
32
|
Sunan Jaya
|
|||
33
|
Syarif Hidayatullah
|
|||
34
|
Siti Nurhaeni
|
|||
35
|
Udi fayudi
|
|||
36
|
Ujer
|
|||
37
|
Wildah Hadi Pratama
|
|||
Jumlah
|
||||
Rata-rata
|
Ket: L
= Lulus
TL
= Tidak Lulus
Nilai
rata
b.
Data hasil observasi penampilan mengajar guru
pada siklus 1
c.
Data hasil observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus
1
2.
Siklus I
3.
Siklus II
C.
Analisis Hasil Penelitian
D.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
a.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis sumber (Resource Based Learning) di kelas X MA
Nurul Muhtadin masih didominasi dengan memakai strategi pembelajaran
konvensional, sebab masih lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga
perlu adanya perbaikan desain model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran, yaitu melalui pembelajaran berbagai sumber. Dengan
adanya perbaikan dalam strategi pembelajaran ini, maka diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Implementasi pembelajaran berbasis sumber (Resource Based Learning) yang
dikembangkan di kelas X MA Nurul Muhatdin adalah pembelajaran yang menggunakan
sumber-sumber yang masih sederhana yang masih bisa dijangkau dan bisa
dilaksanakan. Pembelajaran berbasis Sumber ini dilaksanakan secara fleksibel,
dalam arti dilaksanakan sesuai dengan kemampuan guru, kondisi sarana prasarana
sekolah, aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta kemampuan siswa dalam
menggunakan berbagai sumber yang ada.
b.
Secara keseluruhan hasil dari implementasi
pembelajaran berbagai sumber (Resource
Based Learning) dalam pembelajaran Fiqih zakat di MA Nurul Muhtadin ini
berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, perencanaan, pembelajaran
dikemas dalam penelitian tindakan kelas, ternyata mampu dalam meningkatkan
prestasi siswa, karena telah terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa, baik
dalam segi pemahaman materi, maupun dalam hal perkembangan zakat dari era
klasik maupun di abad modern ini.
c.
Implementasi pembelajaran berbasis sumber ini
sangat tepat untuk diterapkan pada pembelajaran fiqih zakat karena terbuti
dapat meningkatkan kemampuan atau prestasi siswa MA Nurul Muhtadin.
B. Saran-saran
Pada
bagian akhir skripsi ini, ada banyak hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian
dan rekomendasi untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh beberapa pihak yang
berkepentingan yaitu sebagai berikut:
a.
Kepala sekolah MA Nurul Muhtadin hendaknya selalu
memberikan motivasi terhadap dewan guru untuk mencoba mengimplementasikan
pembelajaran berbasis sumber agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar,
serta siswa mampu, semangat dan rutin untuk menggali informasi baik dari
sekolah maupun luar sekolah yang tersedia begitu berfariasi dalam era modern
ini, karena telah terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa.
b.
Kepada sekolah-sekolah yang lain hendaknya
mencoba untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis sumber ini, dengan
modifikasi yang disesuaikan dengan kemampuan guru, siswa, kondisi sekolah yang
bersangkutan serta dengan keberagaman sumber yang lain yang bisa dijangkau dan
dimanfaatkan untuk proses pembelajaran berbasis sumber ini.
c.
Kepada guru, khususnya bidang studi fiqih
diharapkan untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis sumber ini karena
pembelajaran dengan RBL tersebut dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa
serta dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa, wawasan teknologi dan
keaktifan siswa, sehingga hasil belajar (prestasi) siswa lebih meningkat
d.
Pemerintah, Masyarakat dan Orang tua agar lebih
melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perkembangan kemampuan siswa, serta
mengarahan siswa bahwa belajar bukan terbatas disekolah saja, melainkan dalam
pembelajaran segala sesuatu yang bersangkutan (keluarga, masyarakat sosial)
serta yang bisa menunjang (medai cetak, elektronik dll) bisa digunakan dan
dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan peningkatan mutu belajar sehingga
prestasinya pun akan lebih meningkat.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002
_______Proses
Penelitian Suatu Penelitian Praktis.Jakarta : Bina Aksara, 1988
_______Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara, 2005
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Daradjat,
Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Departemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa edisi Ke empat, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008
_________Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009
Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan. Bandung
: Pustaka Setia, 2006
Furchan,
Arief, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional,
1982
Hamdani, Strategi
Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011
Hasbullah,
Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006
Majid,
Abdul, Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008
Mudhoffir.1996.
Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mujib, Abdul. dan Jusuf Mudzakir, Ilmuu Pendidikan
Islam. Bandung : Prenada Media, 2006
Mulyasa,
E, Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Sudjana, Metode
Statistika Pendidikan, Bandung:
Tarsito, 2005
Sukmadinata,
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006
Syah, Darwiyan, dkk. Pengantar
Statistik Pendidikan, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006
Syarifudin, E, dkk, Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah, (Serang: Fakultas
Tarbiyah dan Adab IAIN “SMH” Banten, 2010
Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Rasyid, Hamdan, Fiqih Indonesia. Jakarta: al
Mawardi Prima, 2003
Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineke Putra, 2010
Soekartawi,Meningkatkan Efektifitas Mengajar.
Jakarta: radar jaya Offset, 1995
Sudjana,
Nana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran.Bandung : Sinar Baru, 1989
Sudjana,
Nana & Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Sinar Baru, 1989
Sudjarwo. Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Erlangga, 1984
Sudono,
Anggaini, Sumber Belajar dan Alat Permainan: untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta
: Grasindo, 2003
Suparlan,
Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta : Hikayat, 2005
Suroso,
Penelitian Tindakan Kelas, peningkatan Kemamapuan Menulis Melalaui Classroom
Action Research.Yogyakarta: Paraton, 2009
Syah, Muhibbin, Psikologi
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010
Zumhaldi, Tugas Mata Kuliah TIK, Pembelajaran
Berabasis Sumber dan Pembelajar
Berbasis Multimedia, diakses 15 Agustus 2012, dari:
[1]S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 20
[2]Ibid.
[3]Soekartawi, Meningkatkan Efektifitas Mengajar,
(Jakarta: Radar Jaya Offset, 1995) h.1
[4]Mudhoffir, Teknologi Instruksional, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996), h.60
[5]Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia, (Jakarta: al
Mawardi Prima, 2003), h. 108
[6]Yusuf P.M, Pedoman Praktis Mencari Informasi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 15
[7]Sudjarwo
S, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 125
[8] Sutiah,
Buku Ajar,Teori Belajar dan
Pembelajaran, (Malang: Universitas Negeri Malang,
2003),hlm.8
[9] http://teknologipendidikan-unimed.net/wpcontent/uploads
/2008/12/ tugas-tik.doc (di akses
15 agustus 2012)
[10] Zumhaldi, Tugas Matakuliah TIK, Pembelajaran berabasis sumber dan pembelajaran
berbasis multimedia (http://www.centralischool.ca/~bestpractice/resource/index.html,diakses
15 Agustus 2012 )
[11] S.Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:
PT Bumi Aksara,2008) hlm. 18
[16] S.
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) h. 26
[19] E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangan,
(Bandung :PT Remaja Rosdakarya,2008) h. 178
[22]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi ke Empat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101
[23]Slameto,
Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), h.
2
[24]Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
h. 148
[25]Hamdani,
Strategi
Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 138
[26]Zakiah
Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 196-197
[32] Anggaini Sudono, Sumber
Belajar dan Alat Permainan: untuk Pendidikan Usia Dini. (Jakarta: Grasindo, 2003),
[33] Bobbi Dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
(Bandung: Kaifa, 2002), h.121
[35] Sutiah, Buku
Ajar Teori Belajar Dan Pembelajaran,(Malang:Universitas Negeri Malang,
2003 ), hlm.43
[37] Suharsimi
Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),
cet. Ke-8, p.3.
[38] E. Mulyasa,
Praktik
Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet.
Ke-2, p.10-11
[39]Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), cet. Ke-2, P.220
[40] Darwiyan
syah, dkk. Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), cet. Ke-1, p.33.
[45] E.
Syarifudin, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Serang: Fakultas Tarbiyah dan
Adab IAIN “SMH” Banten, 2010), p. 18