- Back to Home »
- PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Posted by : Unknown
Sabtu, 14 Juni 2014
PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Di ajukan sebagai tugas individu
pada mata kuliah
“Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi”
Disusun oleh :
NAMA :
Ajat Sudrajat
PRODI/SMTR : TPM
MP-B/III
PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA (UNTIRTA) SERANG
BANTEN TAHUN AKADEMIK 2014 M
DAFTAR
ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
B. Perumusan
Masalah
C. Tujuan
Pembahasan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Peran Pemimpin
1)
Fungsi Perencanaan
2)
Memandang Kedepan
3)
Pengembangan Loyalitas
4)
Pengawasan
5)
Mengambil Keputusan
6)
Memberi Motovasi
B. Hakikat Pengambilan Keputusan
C. Langkah-langkah Pengambilan
Keputusan
D. Model-model Pengambilan
Keputusan
1)
Model Klasik
2)
Model Administratif
3)
Model Politis
E. Peran Pemimpin Dalam
Pengambilan Keputusan
F. Gaya Pengambilan Keputusan
BAB III : PENUTUP / KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dalam suatu organisasi
selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif.
Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha
pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan
sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja,
bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini
disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan
(leadership) ( Siagian, 1980)
Setiap orang adalah pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya
sendiri, hal ini sebagaimana tertuang dalam sebuah hadits Rasulullah saw:
عن ابن عمر ر.ع قال: قال رسول
الله ص.م " كلّكم راعٍ وكلّكم مسئول عن رعيّته... الحديث " متفق عليه
Artinya: Dari Ibnu Umar R.a ia berkata: bersabda Rasulullah saw
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan
kalian… al-hadits (Mutafaq `alaih).
Namun, terkadang manusia
lupa tentang peranan dia sebagai seorang
pemimpin dan terkadang dia tidak tahu bahwa kelak dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya; Atau terkadang ada manusia yang ditakdirkan menjadi seorang
pemimpin tapi ia tidak tahu apa yang harus diperbuat sebagai seorang pemimpin.
Disinilah diperlukan pengetahuan dan keilmuan tentang kepemimpinan, sehingga
seseorang yang ditakdirkan menjadi pemimpin tidak gagap dan bingung dengan
jabatannya.
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah
krisis kepemimpinan. Konon sangat suilt mencari kader-kader pemimpin pada
berbagai tingkatan. Orang pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri
sendiri dan tidak atau kurang peduli pada kepentingan orang lain, kepentingan
lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya
kepedulian pada kepentingan orang banyak, kepentingan lingkungannya.
Sekurang-kurangnya terlihat ada tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan
ini. Pertama adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan
masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam kehidupan dan masalah
kemajuan dalam kebersamaan.
Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari
pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab.
Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untuk menegakkan etika
memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh dalam pendirian,
jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, kuat iman
dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang.
Ketiga, masalah kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit.
Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau
keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus
mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai soal yang
menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu harus
memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi
kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur
yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah di kelak di
kemudian hari.
Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam kepemimpinan adalah
dalam hal pengambilan keputusan; terkadang hal ini menjadi perkara yang tidak
mudah bagi seorang pemimpin untuk memutuskan suatu perkara. Terkadang ego, kepentingan,
kondisi bawahan, hal yang menjadi pokok bahasan menjadi factor-faktor yang
mempengaruhi seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam makalah
singkat ini, kami membahas tentang kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang
menjadi dua hal yang mutlak ada dalam kehidupan berorganisasi pada khususnya
dan kehidupan manusia secara umum selaku makhluk social.
Upaya
membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal
menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan
pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan
untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi
kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam
kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi
perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses
persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi
antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan
memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan
budaya organisasi yang ideal.
Kreativitas penting bagi pengambil
keputusan, hal ini memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya
menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak
dapat dilihat orang lain, namum kenyataannya banyak pemimpin dalam pengambilan
keputusan tidak memperhatikan perilaku pemimpin yang baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan
dengan baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan
atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui
pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap
anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Makalah ini penulis angkat dengan judul “Peran
Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan”.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini penulis akan membahas masalah :
1. Peran kepemimpinan.
2. Hakekat pengambilan keputusan
3. Langkah-langkah pengambilan keputusan
4.
Peran kepemimpinan
dalam pengambilan keputusan
5. Model-model Pengambilan keputusan
6. Gaya pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Peran Kepemimpinan.
Sebelum membahas
tentang pembagian peran kepemimpinan terlebih dahulu kita akan memaparkan
tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah adalah
proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke
arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja
untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan
bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan
sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Sedangkan pengertian
peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi
tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Beberapa peran/fungsi
kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi
dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara lain :
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam
pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan
yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang
akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
a. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang
bersifat terus menerus.
b. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan –
kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan penentukan prosedur
– prosedur yang diperlukan.
Setiap rencana yang baik akan berisi :
a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b. Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat
c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
1. Fungsi memandang ke
depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal
ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan
dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang
merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi
baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi
hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
2. Fungsi pengembangan
loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk
para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai
kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada
anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari
loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan –
hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan
kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
4. Fungsi mengambil
keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan
pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil
keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu,
kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis
dan lain sebagainya.
5. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak
buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi
anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap
organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah,
piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka
merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan
terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah
sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan
hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini
sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan
kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman
yang telah diberikan kepada mereka.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan
dengan baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan
atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui
pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap
anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan
organisasi.
- Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian
dengan fungsi manajemen.. Misalnya, saat manajer merencanakan, mengelola,
mengontrol, mereka membuat keputusan. Akan tetapi, ahli teori klasik tidak
menjelaskan pengambilan keputusan
tersebut secara umum. Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas
pengambilan keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas,
sementara bapak manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah
sebagai pendekatan untuk pengambilan keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori
organisasi modern, analisis awal pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada
Chester Barnard. Dalam The Functions of
the Exec Barnard memberikan analisis komprehensif mengenai
pengambilan keputusan menyatakan "Proses keputusan ... merupakan teknik untuk
mempersempit pilihan."
Kebanyakan
pembahasan proses pengambilan keputusan terbagi dalam beberapa langkah. Hal ini dapat ditelusuri dari ide yang
dikembangkan Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan organisasi yang
memenangkan hadiah Nobel, yang mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam
proses pengambilan keputusan:
- Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian militer "intelligence," Simon
mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang
memerlukan pengambilan keputusan.
- Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan,
pengembangan, dan analisis
masalah.
- Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih
tindakan tertentu dari yang tersedia
Berhubungan dengan tahap-tahap tersebut, tetapi lebih
empiris (yaitu, menelusuri keputusan sebenarnya dalam organisasi), adalah langkah
pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan koleganya:
1.
Tahap
identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan
diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang sederhana tidak.
2.
Tahap
pengembangan, di mana
terdapat pencarian prosedur
atau solusi standar yang ada untuk mendesain solusi yang baru.
Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai
ide solusi ideal yang tidak jelas.
3.
Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara
pembentukan seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan, berdasarkan
pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang
logis dan sistematis; dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan
semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi
pun kemudian dibuat.
Tahap 1
IDENTIFIKASI
|
Tahap 1
SELEKSI
1.
Penilaian
2.
Analisis
3.
Penawaran
(Otorisasi)
|
Tahap 2
PENGEMBANGAN
1.
Pencarian
2.
Desain
|
Gambar 1. Tahap Pengambilan Keputusan dalam
Organisasi Menurut Mintzberg
Gambar 1
merangkum tahap pengambilan keputusan berdasarkan penelitian Mintzberg.
Baik terekspresi dalam tahap Simon maupun Mintzberg, terdapat langkah awal yang
dapat diidentifikasi yang menghasilkan aktivitas pemilihan dalam pengambilan
keputusan. Perlu dicatat bahwa pengambilan keputusan merupakan proses dinamis,
terdapat banyak celah berupa umpan balik dalam setiap tahap. "Celah umpan
balik dapat disebabkan oleh masalah waktu, politik, ketidaksetujuan
antarmanajer, ketidakmampuan untuk mengidentifikasi alternatif yang tepat atau
mengimplementasikan solusi, pergantian manajer, atau munculnya alternatif baru
secara tiba-tiba. Yang penting adalah pengambilan keputusan merupakan proses
dinamis. Proses dinamis ini mempunyai implikasi perilaku dan strategis pada
organisasi. Penelitian empiris terbaru mengindikasikan bahwa proses keputusan
yang mencakup pembuatan pilihan strategis menghasilkan keputusan yang baik
dalam organisasi tetapi masih terdapat banyak masalah, yakni manajer mengambil
keputusan yang salah. Kembali ke peranan dominan yang dimainkan teknologi
informasi dalam analisis dan praktik pengambilan keputusan yang efektif,
relevansi studi dan aplikasi perilaku organisasi ini adalah apa yang disebut
perilaku pengambilan keputusan.
- Langkah-Langkah
Pengambilan keputusan
Masalah
yang dihadapi oleh seorang pemimpin terikat pada suatu tempat, situasi, orang
dan waktu tertentu. Masalah dalam pengambilan keputusan senantiasa dihubungkan
dengan tujuan yang jelas. Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh seorang
pemimpin berdasarkan intensitas masalah dapat digolongkan menjadi masalah yang
sederhana dan masalah yang komplek. Masalah yang sederhana ialah masalah yang
mengandung ciri-ciri : kecil, berdiri sendiri dan tidak/kurang mempunyai kaitan
dengan masalah lain. Pemecahannya biasanya tidak memerlukan pemikiran yang luas
tetapi cukup dilakukan secara individual, yang umumnya didasarkan kepada
pengalaman, informasi yang sederhana dan wewenang yang melekat pada jabatan.
Masalah
yang komplek yaitu masalah yang mempunyai ciri-ciri : besar, tidak berdiri
sendiri sendiri, berkaitan dengan masalah-masalah lain, dan, mempunyai akibat
yang luas. Pemecahannya umumnya dilakukan bersamaan antara pimpinan dengan
stafnya.
Dilihat
dari faktor penyebabnya, masalah yang dihadapi dapat berupa masalah yang jelas
penyebabnya (structure problem) dan masalah yang tidak. Jelas penyebabnya
(unstructured problem). Masalah yang jelas penyebabnya, faktor penyebabnya
jelas. bersifat rutin dan biasanya timbul berulang-ulang, sehingga pemecahannya
dapat dilakukan dengan proses pengambilan keputusan yang bercorak rutin dan
dibakukan. Proses pengambilan keputusannya pada dasarnya telah ditentukan
langkah-langkah tertentu, relatif mudah untuk memperhitungkan hasil serta
akibat-akibatnya.
Masalah
yang tidak jelas penyebabnya yaitu masalah yang timbul sebagai kasus yang
menyimpang dari masalah organisasl yang bersifat umum, faktor penyebabnya tidak
jelas. Tehnik pengambilan keputusannya disebut non-programmed decision making
technique, dimana diperlukan informasi tambahan, analisa, daya cipta,
pertimbangan serta penilaian kasus.
Pengambilan
keputusan antara lain juga diartikan sebagai suatu tehnik memecahkan suatu
masalah dengan mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ada 7 langkahyang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah
dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkah-langkah itu adalah (Siagian
SP, 1973) :
- Mengetahui
hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain
mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
- Mengumpulkan
fakta dan data yang relevant;
- Mengolah
fakta dan data tersebut;
- Menentukan
beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
- Memilih
cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
- Memutuskan
tindakan apa yang hendak dilakukan;
- Menilai
hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah
diambil.
Ketujuh
langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam
kenyataannya yang telah diuji melalui berbagai eksperimen dan penelitian,
pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap
pimpinan harus terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya mempergunakan
tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.
- Model Pengambilan
Keputusan
Pendekatan yang digunakan manajer untuk mengambil keputusan biasanya
didasarkan pada salah satu dari tiga tipe pengambilan keputusan yang ada, yaitu
sebagai berikut:
1.
Model Klasik
Model klasik
dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi ekonomis. Asumsi yang
mendasari model ini adalah:
a.
Pengambilan keputusan beroperasi untuk
mencapai sasaran yang telah diketahui dan disetujui sebelumnya.
b.
Pengambilan keputusan berjuang keras
menciptakan kepastian, mengumpulkan informasi secara lengkap.
c.
Mengetahui kriteria untuk mengevaluasi
alternatif.
d.
Pengambilan keputusan adalah orang yang
rasional dan menggunakan logika untuk menetukan nlai, menyusun preferensi,
mengevaluasi alternatif, dan membuat keputusan yang dapat memaksimalkan
pencapaian sasaran organisasional.
Model ini
menjelaskan bagaimana sebaiknya seorang pembuat keputusan membuat keputusan. Namun
tidak menjelaskan bagaimana manajer pada kenyataannya membuat keputusan, hanya
menyajikan petunjuk bagaimana meraih hasil yang ideal bagi organisasi. Nilai
dari model klasik adalah kemampuannya untuk membantu pembuat keputusan menjadi
lebih rasional.
2.
Model Administratif
Pengambilan
keputusan mendeskripsikan tentang bagaimana para manajer membuat keputusan
secara aktual pada situasi yang kompleks daripada sekedar memberikan printah
bagaimana seharusnya membuat keputusan menurut teori yang ideal. Model
administratif mngenali keterbatasan manusia dan lingkungan yang mempengaruhi
sampai derajat mana manajer dapat mengikuti proses pengambilan keputusan secara
rasional.
3.
Model Politis
Model ini
sangat bermanfaat ketika kondisi berada dalam ketidakpastian, informasi
terbatas, dan sedikit persetujuan antarmanajer mengenai ssaran apa yang harus
diikuti atau tindakan apa yang harus diambil.[1]
Adapun
tahapan untuk proses pengambilan
dilakukan melalui:
- Identifikasi
masalah (menentukan/menetapkan masalah)
- Mendefinisikan
masalah
- Memformulasikan
(merumuskan/menyusun) dan mengembangkan alternative (pilihan dari sekian banyak pilihan
yg telah dirumuskan)
- Implementasi
keputusan (pelaksanaan)
- Evaluasi keputusan[2]
- Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
Kepemimpinan seseorang
dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan
keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap
hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak
mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Dilain hal, pengambilan
keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan
hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai
pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah
satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
- Teori keputusan meupakan metodologi untuk menstrukturkan dan
menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini
keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif
- Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data;
manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi
terutama informasi bisnisnya
- Pengambilan keputusan adalah proses memlih di antara
alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dalam pelaksanaannya,
pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya
pengambilan keputusan.
1. Proses pengambilan keputusan
Prosesnya dilakukan
melalui beberapa tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
d. Implementasi keputusan
e. Evaluasi keputusan
F. Gaya pengambilan keputusan
Selain proses
pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear
habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan
kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
- Cara berpikir, terdiri dari:
a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
- Toleransi terhadap ambiguitas
a. Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan
ambiguitas
b. Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses
banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua
dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:
- Direktif = toleransi
ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan
secara cepat dan berorientasi jangka pendek
- Analitik = toleransi
ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang
cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru
- Konseptual = toleransi
ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali
menekan solusi kreatif atas masalah
- Behavioral = toleransi
ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan
mengupayakan penerimaan.
Berdasarkan uraian di
atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:
- Cerna masalah
Sejalan dengan peran
kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang tujuan dan
metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil inisiatif
dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.
- Identifikasi alternativ
Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.
- Tentukan proritas
Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan
keputusan.
- Ambil langkah
Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan
berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.
Pengambilan keputusan
merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak
pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada
pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi,
referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya
Dalam setiap
pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari :
a. Perasaan, firasat atau intuisi
b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara
rasional – sistematis.
c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.
d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan
seorang pemimpin dapat menggunakan metode – metode sebagai berikut :
- Keputusan – keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya
secara sendirian.
- Keputusan – keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus
menerus dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk
itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.
- Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti
menjadi tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau
majelis.
Keputusan – keputusan
yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan –
perhitungan secara teknis agae diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang
yang akan diambil keputusannya.
Gaya dasar
kepemimpinan dalam proses pembuatan keputusan, meliputi:
- Instruksi, gaya ini
dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasanm
peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana,
bilamana dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin, dan pelaksanannya
diawasi secara ketat oleh pemimpin.
- Konsultasi, Pemimpin banyak
memberikan pengarahan dan masih membuat hamper sama dengan keputusan,
tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah. Dan
perilaku mendukung. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control)
atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
- partisipasi, Posisi control
atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian.
Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif
mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
sebagian besar berada pada pihak pengikut.
- Delegasi, Pemimpin
mendistribusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai
kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan
keputusan didilegasikan (wewenang) secara keseluruhan kepada bawahan.
Sekarang bawahanlah yang memiliki control untuk memutuskan tentang
bagaimana cara pelaksanaan tugas.[3][8]
Gaya
pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
- Cara berpikir,
terdiri dari:
-
Logis dan rasional; mengolah informasi
secara serial
-
Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu
secara keseluruhan.
- Toleransi terhadap
ambiguitas
-
Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur
informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas
-
Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur
informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.
Kombinasi
dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:
1)
Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari
rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi
jangka pendek. Para manajer yang menggunakan gaya ini
kerap membuat keputusan secara cepat karena mereka tidak suka berurusan dengan
informasi yang banyak dan hanya mmempertimbangkan satu atau dua alternatif
saja.
2)
Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan
mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat, mampu
menyesuaikan diri dengan situasi baru. Suka mempertimbangkan solusi yang
kompleks berdasarkan pada sebanyak mungkin data yang mereka kumpulkan.
3)
Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan
intuitif (perasaan). Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan solusi
kreatif atas masalah. Suka mempertimbangkan sejumlah besar informasi.
4)
Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan
intuitif. Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan. Sering
diterapkan oleh manajerr yang memilki perhatiian besar terhadap orang-orang
lain selaku individu. Para manajer yang menggunakan gaya seperti ini suka
berbicara dengan oorang lain secara individu dan memahami perasaan mereka
mengenai masalah dan pengaruh keputusan tertentu terhadap mereka.[4]
Berdasarkan
uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:
- Cerna masalah
Sejalan
dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang
tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil
inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.
- Identifikasi
alternativ
Kemampuan
untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.
- Tentukan proritas
Memilih
diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.
- Ambil langkah
Upaya
pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut
pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian
dengan fungsi manajemen. Menurut Herbert
A. Simon, ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap
utama dalam proses, pengambilan keputusan: (l) Aktivitas inteligens, (2) Aktivitas desain, (3)
Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan
pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan
Mintzberg dan koleganya
mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu: (1) Tahap identifikasi
(2) Tahap pengembangan, dan (3) Tahap
seleksi.
Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal yang benar atau
sering disebut “people who do the right thing”. Sementara manajer adalah
seseorang yang harus melaksanakan sesuatu secara benar atau disebut “people who
do things right”. Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar
perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.
Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia
tidak dapat menjadi pemimpin.
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Sebagai sumber inspirasi, seorang pemimpin tidak hanya menunjukkan dalam kata dan ucapan saja, melainkan juga tindakan dan perilaku sehari-hari. Orang berharap seorang pemimpin yang menunjukkan optimisme, segar, antusias, energik, dan berpikir positif pada masa depan. Kepemimpinan yang inspiratif memberikan banyak orang kemampuan untuk menggali makna dan menemukan tujuan hidup.
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Sebagai sumber inspirasi, seorang pemimpin tidak hanya menunjukkan dalam kata dan ucapan saja, melainkan juga tindakan dan perilaku sehari-hari. Orang berharap seorang pemimpin yang menunjukkan optimisme, segar, antusias, energik, dan berpikir positif pada masa depan. Kepemimpinan yang inspiratif memberikan banyak orang kemampuan untuk menggali makna dan menemukan tujuan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Pudjo
Sumedi,(2010). Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Uhamka Press
Ardana,
Komang, dkk. 2008. Perilaku
Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kamal, “Kepemimpinan
dalam Organisasi, Nopember 2009)
Roman, “Peran
Kepemimpinan dalam Pengambilan Putusan, (21 Nopember 2009)
Daft Richard L. 2002. Manajamen: Edisi kelima. Jakarta:
PT. Erlangga.
Rivai Veithzal. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Siagian Sondang P. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.