Popular Post

Posted by : Unknown Sabtu, 14 Juni 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan sosial manusia terus menerus berubah, perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia itu terjadi karena eksplosi di beberapa bidang:
Pertama, eksplosi pengetahuan: dengan adanya perubahan dalam masyarakat, maka muncul berbagai ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari pengamatan terhadap tingkah laku manusia, baik ilmu–ilmu sosial, ilmu-ilmu alam, dan ilmu-ilmu keagamaan[1].
Kedua, eksplosi publikasi: seiring dengan terjadinya eksplosi pengetahuan, maka buku yang diterbitkan pun jutaan jumlahnya, mulai dari ilmu sosial, ilmu alam dan ilmu keagamaan. Baik berbentuk buku, jurnal dan majalah. Bahkan sebuah penelitian menyatakan jumlah buku yang diterbitkan tiap bulannya mencapai ratusan juta.[2]
Ketiga, eksplosi teknologi: abad modern yang ditandai dengan revolusi industri pada abad ke-18 meraih sukses secara material dengan penemuan penemuan di bidang sains dan teknologi. Sehingga muncul berbagai alat canggih yang diciptakan untuk menemani manusia[3]. Ledakan publikasi yang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan memunculkan konsep-konsep baru.
Menurut orang tertentu, pengetahuan tentang disiplin ilmu tertentu bertambah dua kali lipat dalam sepuluh tahun. Apa yang pada saat ini dipelajari disekolah, lima puluh tahun lagi akan menjadi tiga puluh dua kali lipat.[4] Dengan adanya eksplosi tersebut timbul berbagai macam permasalahan, baik berdimensi sosial, politik, budaya maupun permasalahan keagamaan.
Banyak masalah keagamaan yang muncul akibat modernisasi, yang mana dalam al Qur’an dan al Hadits tidak dijelaskan secara sharih (jelas). Begitu juga dengan zakat, pada zaman dahulu sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab fiqih klasik, jenis harta benda yang wajib dizakati sangat terbatas pada zakat hasil bumi, zakat hasil peternakan dan zakat harta yang ada pada zaman Rasulullah SAW. Sementara pada zaman modern seperti sekarang ini, telah muncul berbagai jenis harta benda baru yang belum dijelaskan ketentuan zakatnya secara sharih (jelas) dalam al Qur’an dan as-Sunnah dan kitab-kitab klasik. Sehingga apabila ketentuan zakat diterapkan apa adanya, maka banyak harta benda yang muncul pada masa kini tidak wajib dizakati.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) menyatakan bahwa jumlah jamaah haji Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, tetapi hal ini tidak signifikan dengan peningkatan pembayaran zakat oleh mereka.[5] Hal ini bukan karena keengganan mereka dalam membayar zakat, akan tetapi karena ketidaktahuan mereka akan jenis harta yang wajib di zakati.
Karena pelajaran zakat yang mereka terima di Sekolah hanya terbatas pada buku paket dan guru. Sedangkan buku paket yang digunakan hanya menjelaskan ketentuan harta yang wajib dizakati terbatas pada harta-harta yang muncul pada zaman Nabi SAW.
Banyak sekali permasalahan yang timbul pada zaman sekarang ini dan di masa mendatang pun lebih banyak lagi muncul karena adanya perubahan dalam kehidupan manusia. Biasanya sesudah terjadi suatu peristiwa, baru para ulama melakukan ijtihad untuk menetapkan hukumnya. Ketentuan hukum yang ditetapkan pun, terkadang terjadi ikhtilaf (perbedaan) diantara para ulama. Sehingga konsep-konsep tentang suatu hukum bermunculan dari berbagai segi pandang, yang tak terhingga banyaknya. Inilah yang dimaksud eksplorasi pengetahuan di bidang agama.
Hasil ijtihad para ulama tersebut disebarluaskan baik melalui media teknologi (internet, televisi, radio dan sebagainya) dan media cetak (buku, jurnal, majalah dan sebagainya). Sehingga menyebabkan membanjirnya informasi. Setiap orang membutuhkan informasi untuk mendukung pekerjaannya atau tugas-tugasnya, misalnya banker membutuhkan informasi yang terkait dengan perbankan dalam menjalankan usahanya. Demikian pula dengan pelajar membutuhkan informasi untuk membantu memahami pelajarannya.[6]
Melihat realitas ini timbul pertanyaan apakah yang harus di ketahui?. Bagaimana dapat mengikuti perkembangan yang terjadi karena adanya eksplorasi?.  Yang mungkin dapat di kuasai adalah hal-hal yang paling umum yang diajarkan di Sekolah. Pengetahuan itupun diperoleh dari dua sumber yang jangkauannya sempit, yaitu guru dan buku paket pelajaran.
Eksplosi yang terjadi di beberapa bidang memerlukan cara belajar dan pendekatan baru. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Resource Based Learning (RBL) atau Pembelajaran Berdasar Sumber.
RBL adalah bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok, dengan segala kegiatan yang bertalian dengan itu. Jadi tidak dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan materi kepada peserta didik. Jadi dalam RBL ini guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya dan utama. Belajar juga dapat dilaksanakan didalam kelas maupun diluar kelas.[7] Dan dalam segala hal peserta didik dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi. Anak bebas belajar dengan kemampuan dan kecepatan sesuai dengan kemampuannya. Setiap peserta didik tidak dituntut untuk memperoleh informasi yang sama dengan temannya. Sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan semangat.
Pembelajaran dengan hanya menggunakan satu sumber buku pelajaran sebagai pedoman dalam pembelajaran, tidak relevan lagi dengan revolusi yang terjadi pada saat ini. Meskipun sampai sekarang buku pelajaran memang masih menjadi pilihan utama guru agama sebagai pedoman dalam mengajar.
Pendidikan model monologis ini tidak hanya menghalangi proses pendewasaan peserta didik secara wajar, tetapi justru menghilangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu model-model pendidikan monologis tidak relevan bila diterapkan di era globalisasi ini.
MA Nurul Muhtadin merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Depag. Sebagian siswa MA Nurul Muhtadin menetap di Asrama yang mana materi keagamaan yang diterima siswa ketika belajar di Asrama berdasar pada kitab-kitab klasik, yang mana kitab-kitab tersebut tidak sepenuhnya relevan menghadapi eksplorasi yang terjadi. Selain itu terdapat perpustakaan sebagai pusat sumber belajar yang berada di sekitar MA Nurul Muhtadin.Adapun permasalahan yang dihadapi di kelas X antara lain:
a)      Anak merasa bosan akan metode konvensional, seperti ceramah
b)      Kurangnya pengetahuan tentang materi zakat
c)      Jauhnya jarak antara pusat belajar dengan kota.
Oleh karena itu MA Nurul Muhtadin sangat tepat sebagai obyek pelaksanaaan Resource Based Learning yang memang membutuhkan sumber belajar yang beraneka macam.Sejauh pengamatan peneliti Resource Based Learning jarang diterapkan pada lembaga pendidikan, apalagi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan metode RBL (Pembelajaran Berdasar Sumber) dalam membantu peserta didik dalam menguasai materi zakat, maka penulis mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut dengan judul skripsi Implementasi Pembelajaran Fiqih Zakat Berbasis Sumber (Resource Based Learning)" Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa di MA Nurul Muhtadin Kelas X”

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana pembelajaran fiqih zakat dengan metode Resource Based Learning di MA Nurul Muhtadin?
2.      Bagaimana prestasi siswa terhadap materi zakat di MA Nurul Muhtadin?
3.      Bagaimana efektifitas Resource Based Learning (RBL) dalam meningkatkan prestasi siswa terhadap materi zakat di MA Nurul Muhtadin?

C.    Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.      Mengetahui dan mendeskripsikan Pelaksanaan Resource Based Learning (RBL) dalam pembelajaran materi zakat di MA Nurul Muhtadin
2.      Mengetahui dan mendeskripsikan penguasaan siswa terhadap materi zakat di MA Nurul Muhtadin
3.      Mengetahui dan mendeskripsikan efektifitas tingkat penguasaan siswa terhadap materi zakat setelah diterapkan Resource Based Learning (RBL) di MA Nurul Muhtadin.

D.    Kegunaan Penelitian
Setiap hasil penelitian pasti memiliki arti dan manfaat.Baik kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang dicermati maupun manfaat untuk kepentingan praktis.
Hasil penelitian ini sekurang-kurangnya memiliki manfaat sebagai berikut :
1)      Bagi Lembaga MA Nurul Muhtadin
Sebagai informasi dan pedoman dalam hal konseptual tentang pembelajaran berdasar sumber (Resource Based Leaening), dan dapat memberikan kontribusi berharga kepada MA Nurul Muhtadin dan sekolah lainnya serta dapat dijadikan sebagai bahan dalam mengevaluasi dalam pelaksanaan RBL pada pelajaran Fiqih dan pelaksanaan bidang studi lainnya.
2)      Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan guru untuk memilih metode yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
3)      Bagi Peneliti
a) Dapat menerapkan secara langsung teori-teori yang penulis peroleh selama di bangku kuliah.
b) Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN “SMH” Banten.
4)      Bagi siswa
dengan model RBL (Resource Based Learning) di harapkan siswa lebih berminat dalam belajar.

E.     Ruang Lingkup Penelitian
Supaya dapat menghasilkan pembahasan yang terarah maka perlulah adanya ruang lingkup penelitian atau batasan masalah agar pembahasan dalam skripsi ini dapat terarah dengan tepat.
Adapun hal-hal yang akan penulis batasi adalah Tingkat Prestasi siswa kelas X terhadap materi Zakat di MA Nurul Muhtadin. Dengan demikian lingkup masalah hanya pada Siswa kelas X MA Nurul Muhtadin.

F.     Sistematika Pembahasan
Sistem pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, Mencakup: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Ruang Lingkup  dan Sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Teoritis, Mencakup: Pembahasan Tentang Resource Based Learning meliputi (Pengertian Resource Based Learning, Pendekatan Pembelajaran, Tujuan Resource Based Learning, Ciri-Ciri Resource Based Learning, Kelebihan dan Kelemahan Resource Based Learning, Pelaksanaan Resource Based Learning dalam Pendidikan, Guru dan Siswa Dalam Resource Based Learning. Pembahasan Tentang Prestasi Siswa meliputi (Pengertian Prestasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Siswa, Langkah-Langkah Meningkatkan Prestasi Siswa, Efektifitas Resource Based Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa)
Bab III Metodologi Penelitian, mencakup: Model Penelitian Tindakan Kelas (Model Proses, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas), Siklus Tindakan, Setting Penelitian, Indikator Keberhasilan, Instrumen Penelitian, Tehnik Pengolahan Data danHipotesis Tindakan
Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian, mencakup: Pelaksanaan Penelitian, Hasil Penelitian, Analisis Hasil Penelitian dan Rekapitulasi Hasil Penelitian
Bab V Penutup, Mencakup: Kesimpulan dan Saran-saran,

BAB II
KAJIAN TEORITIS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQIH ZAKAT BERBASIS SUMBER (RESOURCE BASED LEARNING) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA
A. Tinjauan Tentang Resource Based Learning
1.      Pengertian Pembelajaran Berbasis Sumber.
Menurut Merril (1971) pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar dapat bertingkah laku atau bereaksi sesuai kondisi tertentu. Sedangkan menurut Degeng (1989) pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa.[8]
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran berkaitan dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa, atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya untuk mempelajari apa (what to) yang harus dipelajari siswa (kurikulum). Kegiatan pembelajaran sering kali dikatakan sebagai upaya guru membelajarkan siswa, dalam arti membuat siswa mau belajar, dapat belajar, tertarik untuk belajar, dan senang atau betah belajar.
Belajar berbasis beraneka sumber telah menjadi paradigma belajar. Untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) tidak ada cara yang paling tepat selain belajar dan belajar. Menurut teori Behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku.
Belajar adalah pembuka dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak paham menjadi paham, dari kurang trampil menjadi mahir, dengan kata lain terjadi perubahan mental dalam diri seseorang.[9] Resource-Based Learning is the instructional strategy where students construct meaning through interaction with a wide range of print, non-print and human resources. Pembelajaran Berdasar Sumber (RBL) adalah strategi pembelajaran dimana siswa membangun pemahamannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar baik cetak, non-cetak, maupun orang. Jadi, RBL sangat terkait erat dengan pendekatan konstruktifistik, metode belajar pemecahan masalah (problem-based learning, inquiry learning, atau pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).[10]
Sedangkan Menurut Prof. Dr. S. Nasution menyatakan bahwa : RBL adalah bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok, dengan segala kegiatan yang bertalian dengan itu. Jadi tidak dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan materi kepada peserta didik. Jadi dalam RBL ini guru bukan merupakan sumber belajar satu satunya. Belajar bisa dilaksanakan di dalam kelas dan dilaksanakan diluar kelas.[11]
Menurut Pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam memperoleh informasi. Anak bebas belajar dengan kemampuan dan kecepatan sesuai dengan kemampuannya. Setiap peserta didik tidak dituntut untuk memperoleh informasi yang sama dengan temannya. Sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan semangat. Dalam belajar berdasar sumber diutamakan tujuan untuk mendidik peserta didik menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti. Maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik dari penelitian perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium maupun sumber-sumber lain.
Pengajaran ini tidak mengutamakan bahan pelajaran yang harus dikuasai, tidak mengharuskan peserta didik menguasai bahan yang sama, melainkan kemampuan untuk meneliti, konsep-konsep, ketrampilan berfikir analitis. Agar mereka mendapat kepercayaan akan diri sendiri untuk belajar dan berfikir sendiri menghadapi dunia yang serba cepat berubah serta eksplosi pengetahan yang membuat setiap orang ketinggalan zaman bila tidak terus menerus belajar sepanjang hidup.
Dalam pembelajaran ini, berkaitan dengan sumber belajar dan pusat sumber belajar. Sumber belajar (learning resource) adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.[12]
Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format lunak[13].
Dengan demikian sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Manfaat dari setiap sumber belajar tergantung pada kemauan dan kemampuan guru dan peserta didik untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pesan-pesan yang terkandung dalam sumber belajar yang digunakan. Berdasarkan kriteria umum untuk menjamin bahwa sumber belajar adalah sumber belajar yang cocok, sumber tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut[14]:
a.       Ekonomis dalam artian Murah
b.      Praktis dan Sederhana dalam artian tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan yang sulit dan langka. Misal proyektor, foto dan peta.
c.       Harus dapat tersedia dengan cepat dalam artian itu dekat.
d.      Bersifat Fleksibel
e.       Harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri
f.       Dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam proses belajar mengajar.

2.      Pendekatan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran berdasar sumber, terdapat beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu[15] :
a.       Pendekatan kompetensi
Kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar.
b.      Pendekatan ketrampilan proses.
Pendekatan ketrampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar mengajar, aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian tersebut, termasuk di antaranya keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan. Pendekatan ketrampilan proses bertolak pada pandangan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal, mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, tugas guru adalah memberikan kemudahan pada peserta didik dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal.
c.       Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.

3.      Tujuan Belajar Berbasis Sumber
Dari berbagai pemaparan diatas maka dapat dirumuskan pula tujuan belajar berbasis aneka sumber sebagai berikut:
a.       Merangsang daya penalaran dan kreativitas siswa sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing karena berhubungan langsung dengan berbagai sumber informasi dalam pembelajaran.
b.      Meningkatkan motivasi, keaktifan dan mengembangakan rasa percaya diri siswa dalam belajar.
c.       Memberikan kesempatan proses bersosialisasi kepada siswa untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan alat, narasumber atau tempat.
d.      Meningkatkan perkembanagan siswa dalam berbahasa melalaui komunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar.

4.      Ciri Ciri Resource Based Learning
Adapun ciri-ciri pembelajaran berdasar sumber ialah[16]:
a.       RBL memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberi kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran ceramah atau cerita ditiadakan. Dalam pembelajaran RBL dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu.
b.      RBL memberi pengertian pada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber- sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio-visual dan sebagainya.
c.       RBL mengganti pasifitas murid dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pembelajaran. Untuk itu apa yang dipelajari hendaknya mengandung makna baginya, penuh variasi. Murid sendiri turut menentukan dan memilih apa yang akan dipelajari.
d.      RBL berusaha meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi, yang berbeda sekali dengan kelas konvensional yang mengharuskan murid-murid belajar yang sama dengan cara yang sama. Peserta didik akan timbul motivasinya jika pembelajaran itu menarik, yang masih berada dalam batas kesanggupannya. Yang diutamakan dalam RBL ini bukanlah materi yang harus dikuasai, melainkan penguasaan ketrampilan tentang belajar.
e.       RBL memberi kesempatan kepada murid untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas. Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, ada yang lebih cepat dan lebih mendalam mempelajari sesuatu dari pada anak lain. Menggunakan kecepatan yang sama pada semua peserta didik dapat berarti bahwa kecepatan itu tidak sesuai bagi kebanyakan anak. Ini berarti bahwa tidak tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
f.       RBL lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar. Jadi dengan belajar cara ini murid-murid tidak diharuskan belajar bersama dalam ruang yang sama pada waktu yang sama. Ini tidak berarti bahwa jadwal pelajaran dibuang sama sekali. Karena belajar bukan hanya dalam ruang tertutup.
g.      RBL berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam belajar yang memungkinkannya belajar sepanjang hayat. Murid-murid dibiasakan untuk mencari dan menemukan sendiri sehingga tidak bergantung kepada orang lain.

5.      Kelebihan dan Kelemahan Resource Based Learning
A.    Kelebihan
1.      RBL ini berisi banyak jenis-jenis sumber sehingga guru dapat memperhatikan perbedaan yang ada pada peserta didik.
2.      RBL merupakan suatu keseluruhan hingga dapat membantu siswa untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu disiplin ilmu.
3.      RBL dapat menarik minat siswa untuk belajar, karena dalam RBL menggunakan berbagai metode yang tidak hanya melayani siswa audio-visual tetapi juga kinestetis.
4.      RBL menunjukkan cara-cara belajar yang bermakna bagi murid, sebab belajar bukan hanya untuk belajar akan tetapi mempersiapkan untuk hidup selanjutnya.
5.      RBL dapat digunakan dalam banyak situasi dan bersifat fleksibel baik isi maupun prosedur-prosedur mengajar.

B.     Kelemahan.
1.      RBL seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan kelas tidak efisien.
2.      Strategi ini mengharuskan penyediaan sejumlah sumber dan spesimen dan seringkali di luar kemampuan sekolah dan siswa.
3.      Strategi ini menuntut guru berpengetahuan luas
4.      Melalui pengalaman langsung atau dengan trial and error, informasi tak dapat diperoleh dengan cepat, berbeda halnya memperoleh abstraksi melalui penyajian secara lisan oleh guru.

6.      Pelaksanaan Resource Based Learning dalam Pendidikan
Resource Based Learning (RBL) adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini dapat singkat atau panjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau selama setengah semester dengan pertemuan dua kali seminggu selama satu atau dua jam, dapat diarahkan oleh guru atau barpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu mata pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan alat audio-visual yang diamati secara individual atau diperlihatkan kepada seluruh kelas.[17]
Dari penjabaran tentang definisi pembelajaran berdasar sumber (RBL) maka dalam pelaksanaannya yang perlu diperhatikan adalah:

A.    Input
1.      Material (Materials)
Material adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran dikelas. Adapun material yamg dimaksud antara lain:
a.       Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk membantu siswa belajar. Suharsimi membedakan menjadi dua macam, yaitu[18]:
1)      Alat peraga
Alat peraga adalah alat yang digunakan oleh siswa untuk memeragakan atau mendemonstrasikan suatu materi, misalnya; peta, model, patung organ manusia, dan alat-alat demonstrasi lainnya.
2)      Alat Pelajaran
Alat pelajaran segala sesuatu yang membantu siswa dalam belajar. Misalnya; alat praktek biologi dan kimia, mikroskop, pipet, tabung reaksi dan sebagainya.
3)      Media pengajaran
Media pengajaran adalah sarana pembelajaran yang membantu menyampaikan informasi / materi pelajaran pada siswa. Misalnya; media audio dan visual.

b.      Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan agar memungkinkan siswa belajar dengan baik.  Adapun macam-macam sumber belajar antara lain[19]:
1)      Manusia (people), yaitu orang yang menyampikan pesan pengajaran secara langsung ; seperti guru, konselor, administrator yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar.
2)      Bahan (material), yaitu sesuatu yang mengandung pesan pelajaran. Baik yang diniati secara langsung seperti buku-buku pelajaran. Maupun yang tidak diniati seperti majalah, Koran, jurnal dan film-film dokumenter.
3)      Lingkungan (setting), yaitu ruang dan tempat ketika sumber-sumber dapat berinteraksi dengan peserta didik. Ruang atau tempat yang sengaja disediakan untuk kepentingan pembelajaran, seperti laboratorium, perpustakaan dan ruang mikro teaching.
4)      Alat dan peralatan (tools and equipment), yaitu sumber belajar produksi dan memainkan sumber-sumber lain, misalnya radio, televisi dan tape recorder.
5)      Aktifitas (actifities), yaitu sumber belajar kombinasi antara suatu tehnik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar, misalnya simulasi dan karyawisata.

2.      Metode-Metode (Methods)
Kriteria utama untuk mengajar dengan sukses ialah apakah mengajar itu berhasil atau tidak. Mengajar dengan sukses tidak dapat dilakukan menurut suatu pola tertentu yang diikuti secara rutin. Agar berhasil baik, mengajar itu memerlukan kecakapan, pemahaman, inisiatif dan kreatifitas dari pihak guru. Dalam hal ini kecakapan dan kreatifitas guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dapat mencapai kesuksesan dalam mengajar sehingga siswa tidak bosan dan dapat menangkap setiap materi dengan baik dan dapat mengaplikasikan dalam sikap dan tindakan.

3.      Mesin-Mesin (Machines)
Mesin merupakan perangkat pendukung terjadinya proses pembelajaran, yaitu dapat berupa teknologi komputer, radio, televisi, mobil atau media-media yang menggunakan teknologi. Alat-alat tersebut dipergunakan sekolah, baik sebagai daya dukung maupun sebagai obyek untuk dipelajari.
  
B.     Proses Penyelenggaraan
Pembelajaran berdasar sumber adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini tampaknya sebagai suatu yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, pencarian bahan dari berbagai sumber belajar, latihan-latihan formal, kegiatan penelitian, latihan memecahkan soal dan penggunaan alat-alat audio-visual.
Cara belajar ini dapat pula didasarkan atas berbagai macam metode dan strategi belajar. Yang penting ialah bahwa setiap metode dan strategi yang digunakan harus bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pelaksanaan cara belajar ini perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:[20]
1)      Pengetahuan yang ada. Ini mengenai pengetahuan guru tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran.
2)      Tujuan pengajaran. Guru harus merumuskan dengan jelas apa yang hendak dicapai dengan pelajaran itu. Tujuan ini tidak hanya mengenai bahan yang harus dikuasai, akan tetapi juga keterampilan dan tujuan emosional dan sosial.
3)      Memilih metodologi. Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai. Bila topik yang dihadapi itu luas, maka berbagai ragam metode akan perlu digunakan. Biasanya metode itu akan mengandung unsur-unsur sebagai berikut :[21]
a)      Uraian tentang apa yang dipelajari
b)      Diskusi dan pertukaran pikiran
c)      Kegiatan-kegiatan yang menggunakan berbagai alat intruksional, laboratorium dan lain-lain
d)     Kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekitar sekolah, misalnya kerja-lapangan, eksplorasi dan penelitian.
e)      Kegiatan-kegiatan dengan menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku, alat audio-visual, dan lain-lain.
f)       Koleksi dan penyediaan bahan harus diketahui bahan dan alat yang dimiliki sekolah. Bahan dapat pula dipinjam, seperti buku dari perpustakaan umum. Bahan yang diperlukan oleh semua murid dapat diperbanyak dengan di foto copi. Bahan harus disiapkan sebelumnya. Juga sumber-sumber di luar sekolah harus diselidiki agar dapat dimanfaatkan bila diperlukan.
4)      Tempat. Segala kegiatan pembelajaran formal harus dilakukan dalam ruang tertentu, bisa ruang perpustakaan, kelas, laboratorium dan lain-lain.

7.      Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Berdasar Sumber (RBL)
Hal-hal yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran berdasar sumber adalah sebagai berikut:
1.      Guru
a.       Menguasai bahan, yang meliputi:
1)      Pemahaman konsep
2)      Kemampuan menyajikan
3)      Kemampuan menanggapi pertanyaan siswa
b.      Variasi Stimuli
1)      Menumbuhkan inisiatif belajar siswa
2)      Menumbuhkan kerjasama antar siswa dalam belajar
3)      Mendorong siswa untuk menghargai waktu
4)      Menumbuhkan kesenangan belajar siswa
5)      Mendorong siswa untuk berfikir rasional dan kritis
6)      Mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam belajar.
c.       Mengelola proses belajar mengajar
1)      Menciptakan suasana/pengalaman belajar yang dapat mencapai secara bersama tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik
2)      Menggunakan waktu yang tersedia untuk berbagai tujuan
3)      Menggunakan waktu yang tersedia untuk menumbuhkan berbagai jenis kegiatan individual siswa
4)      Memberikan bimbingan belajar yang minimal tetapi dapat menumbuhkan proses belajar siswa yang terarah
5)      Memvariasikan tugas sesuai dengan kemampuan siswa secara individual dalam waktu yang tersedia
6)      Memberikan stimuli sedikit mungkin tetapi dapat mengundang respon siswa.
d.      Penggunaan media dan sumber
1)      Mampu mengenal, memilih dan menggunakan media dan metode yang tepat
2)      Mampu membuat alat-alat atau sumber belajar bagi siswa
3)      Mampu menggunakan atau mengelola pusat belajar dalam proses belajar mengajar
4)      Mampu mendorong penggunaan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
2.      Siswa
Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini meliputi:
a.       Dalam proses belajar mengajar
1)      Perhatian: siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari.
2)      Menyadari tujuan belajar: siswa sadar akan tujuan intruksional dan bersedia melibatkan diri.
3)      Berpersepsi selektif: siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan dengan pokok bahasan.
4)      Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan
5)      Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan pengamatan
b.      Penggunaan media dan sumber
1)      Mampu mengenal, memilih dan menggunakan media dan metode yang tepat
2)      Mampu menggunakan pusat belajar dalam proses belajar mengajar
3)      Mampu menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
c.       Kemandirian siswa
1)      Tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
2)      Mampu menggunakan waktu yang tersedia untuk berbagai tujuan
3)      Memusatkan jawaban pada tugas.

B.     Tinjauan Tentang Prestasi Siswa
1.      Pengertian Prestasi
Dalam kamus Bahasa Indonesia, Prestasi mengandung arti hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).[22]
Sedangkan menurut Slameto Prestasi adalah: proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[23]
Sedangkan definisi Prestasi menurut tinjauan beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1)      Muhibbin Syah: prestasi adalah segenap ranah psikologi meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar peserta didik.[24]
2)      Menurut Hamdani, Prestasi adalah: hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi factor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument yang relevan.[25]
3)      Menurut Zakiah Daradjat dkk, definisi prestasi adalah suatu uasaha mengubah tingkah laku peserta didik yang diharapkan (meliputi: Kognitif, Afektif dan Psikomotorik) setelah mempelajari mata pelajaran tertentu.[26]
Dari pengertian diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa Prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang dicapai peserta didik dalam mengubah tingkah laku setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur menggunakan instrument tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Perubahan ini meliputi tiga aspek, yaitu: Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
1)      Aspek Kognitif
Aspek Kognitif meliputi penguasaan pengetahuan dan kemampuan intelektual yang menekankan pada proses mental untuk mengorganisasikan dan mereorganisasikan bahan yang telah diajarkan.
2)      Aspek Afektif
Aspek Afektif meliputi segala perubahan dalam segi sikap, mental, perasaan dan kesadaran peserta didik
3)      Aspek Psikomotorik
Meliputi segala perubahan yang bersangkutan dengan keterampilan yang lebih bersifat fa’aliyah dan konkret (tindakan Motorik)[27]

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa
Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto adalah: Faktor Internal dan Faktor Eksternal
A.    Faktor Internal, meliputi:
a)      Faktor Jasmani, meliputi: kesehatan dan cacat tubuh
Kesehatan adalah: keadaan baik segenap tubuh serta bebas dari penyakit. Sedangkan cacat tubuh adalah: suatu yang menyebabkan seseorang dalam kondisi kurang baik atau sempurna mengenai tubuhnya.
b)      Faktor Psikologis
Factor Psikologis ini meliputi tujuh macam, diantaranya:
1)      Intelegensi; merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2)      Perhatian; merupakan kearifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek.
3)      Minat; adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan
4)      Bakat; merupakan kemampuan untuk belajar
5)      Motif; merupakan sesuatu yang ada pada diri seseorang, ini untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
6)      Kematangan; merupakan suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru
7)      Kesiapan; adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi
c)      Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat mempengaruhi kondisi belajarnya, untuk itu jika diperhatikan, kelelahan yang ada pada diri seseorang ada dua macam, yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.[28]

B.     Faktor Eksternal, meliputi:
a)      Faktor Keluarga
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan dan kemampuan peserta didik, seperti: bagaimana cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
b)      Faktor Sekolah
Adapun sekolah juga akan berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik, pengaruh sekolah ini mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan peserta didik, hubungan peserta didik dengan peserta didik lainnya, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
c)      Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan factor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan peserta didik dalam masyarakat yang meliputi: kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media massa yang memberikan pengaruh baik ataupun buruk, teman bergaul, yang dapat mempengaruhinya dan bentuk kehidupan masyarakat itu sendiri.[29]
Sedangkan menurut hamdani, faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: Faktor internal (yang berasal dari peserta didik itu sendiri) dan Faktor Eksternal (yang berasal dari luar).

1)      Internal
a)      Kecerdasan (Inteligensi)
Kecerdasan merupakan kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya
b)      Jasmani dan Fisiologi
Kondisi jasmani pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, karena factor ini meliputi semua seluruh anggota tubuh (khususnya pancaindra) yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik
c)      Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda baik berupa sikap positif atau negative. Sikap dapat dipengaruhi oleh factor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan
d)     Minat
Menurut ahli psikologi minat merupakan kecendrungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat suatu secara terus menerus
e)      Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating
f)       Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajar[30]
2)      Eksternal
a)      Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat, tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Lingkungan pendidikan yang pertama adalah keluarga dan tugas utama keluarga sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan
b)      Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Oleh karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat
c)      Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi seorang anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia tinggal.[31]
            Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu: faktor Internal dan faktor eksternal, serta kedua faktor tersebut saling mempengaruhi.
            Faktor Internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi: Kecerdasan (inteligensi), jasmaniah, sikap, minat, bakat, serta motivasi sangat berpengaruh dan berperan dalam mencapai prestasi belajar yang baik
            Faktor eksternal juga harus mendukung, sebab pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu tersebut. Adapun factor lingkungan yang sangat berpengaruh bagi prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut: keluarga, sekolah dan masyarakat.
  
3.      Langkah-langkah meningkatkan Prestasi Belajar siswa
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa setiap anak memiliki gaya belajar dan proses berfikir yang berbeda. Oleh karena itu langkah untuk meningkatkan pemahaman ataupun prestasi siswa harus disesuaikan dengan gaya belajar dan berfikir mereka.
a.      Belajar sesuai dengan gaya berfikir
1)      Sekuensial Konkret
Pelajar jenis ini mendasarkan dirinya pada realitas, mereka memproses informasi dengan cara teratur, urut dan linier. Bagi mereka realitas adalah apa yang dapat mereka serap melalui indra fisik yaitu penglihatan, persentuhan, pengucapan, pencecapan dan pembauan.[32]
Mereka memperhatikan dan mengingat berbagai detail dengan mudah dan mengingat fakta-fakta, informasi spesifik, rumus-rumus, dan berbagai peraturan dengan mudah. Praktik adalah cara belajar yang terbaik bagi pelajar jenis ini.
2)      Acak Konkret
Tipe ini hampir sama dengan sekuensial konkret., Mereka juga mendasarkan diri pada realitas, tetapi mereka cenderung lebih melakukan pendekatan coba-coba (trial and error)[33]. Oleh karena itu, mereka sering membuat lompatan intuitif untuk pemikiran kreatif sejati. Mereka memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan alternatif dan menemukan berbagai hal dengan cara mereka sendiri. Belajar yang tepat untuk jenis ini adalah dengan problem solving atau pendekatan inquiri dan discovery.
3)      Acak Abstrak
Pelajar jenis ini mengatur informasi melalui refleksi, dan berkembang pesat dalam lingkungan tak berstruktur dan berorientasi kepada manusia. “Dunia nyata” bagi pelajar acak abstrak adalah dunia perasaan dan emosi[34]. Pikiran acak abstrak menyerap berbagai gagasan, informasi dan kesan, lalu mengaturnya kembali melalui refleksi. Cara belajar yang tepat untuk jenis ini adalah pemasangan stiker dan peta konsep.
4)      Sekuensial Abstrak
Pelajar jenis ini suka berfikir konseptual dan menganalisis informasi. Mereka berpotensi menjadi filosof dan ilmuan peneliti yang hebat. Mereka mudah mengetahuiapa yang penting, seperti poin-poin utama dan detail yang signifikan. Proses berfikir mereka logis, rasional, dan intelektual. Aktifitas favorit bagi sekuensial abstrak adalah membaca. Dan jika ada tugas penelitian mereka melakukannya dengan sangat teliti. Biasanya mereka lebih senang bekarja sendiri daripada kelompok. Arahkan jenis pelajar ini menuju situasi yang sangat terstruktur dan latihkanlah logika.

b.      Belajar sesuai gaya belajar
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.[35] Oleh sebab itu gaya belajar di bedakan menjadi tiga jenis[36], yaitu:
1)      Gaya belajar Auditorial
Gaya belajar ini dimana mereka atau siswa yang lebih senang belajar dengan cara mendengarkan. Jadi belajar Auditif adalah cara belajar yang menekankan pada aspek pendengaran. Pesertadidik akan cepat belajar jika materi disampaikan dengan ceramah atau alat yang dapat didengar. Pikiran Auditori yang mereka miliki akan lebih kuat dari pada yang mereka sadari. Telinga mereka terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi, bahkan tanpa kita sadari.
Ketika mereka membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak mereka menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi seluruh auditori yang kuat dalam diri siswa, maka usahakan mencari cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, atau dengan membaca keras-keras secara dramatis.
Dengan cara ini setidaknya siswa lebih mudah mengingat dan dapat belajar dengan cepat jika materinya disampaikan secara belajar auditori. Karena dengan belajar auditori dapat merangsang kortes (selaput otak), indera dan motor (serta area otak lainnya) untuk memadatkan dan mengintegrasikan pembelajar (siswa). Kerakteristiknya adalah:
a.       Belajar dengan mendengarkan
b.      Merasa sulit untuk menulis, akan tetapi hebat dalam bercerita
c.       Lebih senang membaca keras, mengunakan bibir dan mendengarkan.
d.      Susah untuk menyerap atau mengerjakan sesuatu tanpa mengunakan atau melibatkan visual.
2)      Gaya Belajar Visual
Visual di sini diartikan belajar dengan mengamati dan menggambarkan atau disebut dengan istilah “Learning by Observing and Picturing”. Adapun cara belajar visual adalah cara belajar yang menekankan pada aspek penglihatan. Peserta didik akan cepat menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau melalui gambar.
Ketajaman Visual sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Faktanya orang-orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk mempelajari teknis dan ilmiah memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan pencitraan, dan 2% lebih baik untuk ingatan jangka panjang. Dalam hal ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang usia, etnis, gender/gaya belajar yang
dipilih.
Setiap orang terutama pembelajaran visual lebih mudah belajar jika dapat “melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Bagi pelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, gambar dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Teknik lain yang bisa dilakukan semua orang terutama siswa dengan keterampilan visual yang kuat adalah dengan mengamati situasi dunia nyata, lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu,
menggambarkan proses, prinsip atau makna dari apa yang dicontohkan.
Visual mencakup melihat, menciptakan dan mengintegrasikan segala macam citra komunikasi visual lebih kuat dari pada komunikasi verbal karena manusia mempunyai lebih banyak peralatan di kepala mereka untuk memproses informasi visual dari pada indera lainnya. Karakteristiknya adalah:
a.       Mengingat dari apa yang lihat dan di dengar
b.      Teliti terhadap hal-hal yang detail
c.       Berbicara dengan cepat dan sering mencoret-coret tanpa arti ketika membaca
d.      Cenderung sering memberikan jawaban singkat “ya” atau “tidak”.
3)      Gaya Belajar Kinestik
Gaya belajar ini belajar lebih berorientasikan pada tubuh atau fisik. Karena mereka lebih cenderung senang bergerak, meraba-raba, dan mengunakan tubuhnya ketika belajar. Karakteristiknya adalah:
a.       Menanggapi perhatian fisik dan lebih banyak bergerak.
b.      Belajar melalui manipulasi dan praktik
c.       Menggunakan jari ketika membaca
d.      Menghafal dengan cara berjalan dan melihat serta tidak dapat mengingat dengan detail
Untuk merangsang pikiran-tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan bergantiganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, akan membantu pembelajaran pada setiap peserta didik. Jadi antara tubuh dan otak (pikiran) adalah satu dan harus saling mengiringi, karena pikiran tersebar di seluruh tubuh, dan terbukti tubuh tidak akan bergerak jika pikiran tidak beranjak.
Kinestik melibatkan aktivitas fisik selama berlangsungnya aktivitas belajar. Duduk terlalu lama, baik di dalam kelas maupun di depan komputer akan dapat menghasilkan tenaga. Akan tetapi jika berdiri, bergerak kesana-kemari, dan melakukan sesuatu secara fisik dari waktu ke waktu membuat seluruh tubuh terlibat, memperbaiki sirkulasi otak dan meningkatkan pembelajaran.
Anak memang memiliki gaya belajar yang berbeda dan kegiatan pembelajaran harus mampu melayani setiap gaya belajar yang di miliki siswa. Ini bukan berarti guru harus melayani setiap siswa dengan metode belajar yang berbeda, akan tetapi memilih pembelajaran yang dapat melayani setiap jenis, dengan berbagai macam pendekatan belajar.
4)      Intelektual
Kata “Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun mereka.
Jadi intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang di gunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan. Peserta didik akan menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga ia mempunyai kesempatan untuk membuat suatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dipelajari. Pengalaman belajar juga hendaknya menyediakan proporsi yang seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya.
Intelektual juga disebut dengan “Learning by Problem and Reflecting” maksudnya yaitu belajar dengan pemecahan masalah. Jadi cara belajar intelektual adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran/logika. Peserta didik akan cepat menangkap materi jika pembelajaran dirancang dengan menekankan pada aspek mencari solusi pemecahan.

C.    Efektifitas Resource Based Learning (Pembelajaran Berbasis Sumber) dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa.
Dalam upaya membelajarkan siswa, guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Dengan memberikan kesempatan belajar kepada siswa untuk melibatkan dirinya secara aktif dalam belajar.
Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan pemahaman yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukannya dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Pemahaman siswa dapat tercapai jika belajar tersebut sesuai dengan gaya belajar siswa. Dan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran berdasar sumber. Pelaksanaannya sebagai berikut: ketika materi zakat, menuliskan pengalaman tentang zakat dan permasalahan yang muncul, menunjukkan jumlah nisab zakat dan perhitungannya, kemudiaan permasalahn itu dipecahkan bersama dengan mencari pemecahannya melalui belajar dengan sumber baik buku, sumber orang dan elektronik. Dan pembelajaran jenis ini dapat melayani semua jenis gaya belajar dan berfikir siswa, sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan 

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Penelitian Tindakan Kelas
1.      Model Proses
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.[37]
Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik dibawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.[38]
Hopkins mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiry atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Sedangkan Ebbutt mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.
Dari beberapa pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilakukan dalam suatu kelas atau sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.
Selanjutnya untuk mendukung prosedur pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan model penelitian tindakan kelas berdasarkan siklus secara berulang dan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggert. Model siklus ini secara umum terdiri atas: Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi.

2.      Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi tahapan-tahapan  sebagai berikut:
a.       Perencanaan (Planing), yaitu rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis yang diajukan
b.      Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
c.       Observasi (Observing), yaitu kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang dilakukan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara pengamatan, atau cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.
d.      Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang.

B. Siklus Tindakan
Penelitian tindakan kelas yang akan peneliti rancang sebnayak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang akan dikembangkan dalam setiap siklus pembelajarannya.
Berikut ini akan digambarkan bagan siklus penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggert:

Gambar 3.1
Bagan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggert
 


















C. Setting Penelitian
1)      Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas X Madrasah Aliyah (MA) Nurul Muhtadin, Link. Tiga Maya, Desa Telaga Luhur, Kec. Waringin Kurung, Kab. Serang.
2)      Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dari tanggal 06 September sampai dengan 21 Oktober 2012
3)      Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X MA Nurul Muhtadin
4)      Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan kelas direncanakan menggunakan dua siklus untuk meningkatkan prestasi siswa melalui pembelajaran berbasis sumber (Resource Based Learning)

D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu jika:
1.      Minimal 75% siswa kelas X MA Nurul Muhtadin telah mampu menjelaskan macam-macam objek zakat dalam Islam
2.      Menyebutkan nishab pada masing-masing objek zakat
3.      Menjelaskan dalil-dalil berkait dengan kedudukan zakat dalam Islam
4.      Minimal 75% dari jumlah siswa Kelas X Ma Nurul Muhtadin telah mencapai nilai Standar Ketuntasan Minimum (SKM) pembelajaran Fiqih Zakat yaitu mencapai nilai 70

E. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu bahan ajar, alat tes, observasi dan wawancara.
1.      Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian yang sangat penting dari suatu proses pembelajaran secara keseluruhan. Karena penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar, maka diperlukan bahan ajar yang didesain khusus sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Bahan ajar ini mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dan digunakan disekolah.
2.      Alat Tes
Dalam penelitian tindakan kelas instrument tes bertujuan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar peserta didik, baik melalui tes lisan maupun tes tulis
3.      Wawancara
Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data dari individu secara langsung, baik wawancara dengan siswa maupun dengan guru atau mentor. Namun instrument penelitian dengan wawancara ini hanya sebagai data sekunder dalam penelitian tindakan kelas ini.
4.      Observasi
Observasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.[39] Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan terhadap aktifitas siswa dan guru dalam pembelajaran fiqih Zakat melalui pembelajaran berbasis sumber baik dari segi proses pembelajaran, keaktifan siswa maupun hasil ataupun prestasi belajar siswa.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk observasi partisipatif, yang dimana dalam observasi ini pengamat ikut serta atau terlibat dalam penelitian ini. Dalam melakukan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau panduan observasi, dimana format disusun berdasarkan item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi atau dapat disebut juga observasi terstruktur.
Instrumen penelitian kegiatan pembelajaran disebut juga alat penilaian kemampuan dan aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kemampuan dan aktivitas belajar siswa digunakan alat penilaian observasi penampilan mengajar dan aktivitas belajar siswa dalam implementasi pembelajaran fiqih zakat. Untuk masing-masing penelitian terdapat sejumlah aspek yang dilengkapi dengan empat deskriptor setara (A,B,C,D). Masing-masing deskriptor memiliki skor minimum 1 dan maksimum 4. Penelitian untuk setiap aspek ditentukan oleh jumlah skor deskriptor yang nampak, dibagi banyaknya aspek yang diamati. Penilaian untuk setiap aspek yang mengacu kepada deskriptor ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Nilai 4, jika semua deskriptor tampak dan sangat baik
2.      Nilai 3, jika hanya tiga deskriptor yang tampak dan sangat baik
3.      Nilai 2, jika hanya dua deskriptor yang tampak dan sangat baik
4.      Nilai 3, jika hanya satu deskriptor yang tampak dan sangat baik

F. Tehnik Pengolahan Data
1.    Pengolahan data tes
            Pengolahan data tes sangat diperlukan, hal ini dilakukan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dan dapat dijadikan sebagai tolak ukurdalam menentukan prestasi siswa setelah pembelajaran dengan berbasis sumber berlangsung. Penskoran jawaban soal tes objektif yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.
            Dari penskoran nilai tes diatas, untuk mendapatan data yang valid dan akurat dalam penelitian ini, berikut akan dirumuskan cara memperoleh dan mendapatkan data yang diinginkan dari tes yaitu dengan mencari dan menentukan nilai rata-rata kelas, dengan menggunakan rumus:

Ket:
X         : Nilai Rata-rata Kelas
      : jumlah Nilai Siswa
N         : Banyknya Siswa.[40]

2.      pengolahan Data Observasi
a.       Observasi Siswa
Pengolahan data observasi diperlukan untuk menunjang sekaligus mendukung terhadap pencapaian hasil belajar siswa dalam penelitian tindakan kelas. Pengolahan data dari aspek-aspek penilaian aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan acuan konversi nilai sebagai berikut:[41]  
Skor (Dalam Angka)
Nilai (Dalam Huruf)
       KET:
 3,50-4,00
A
A = Sangat Baik
3,00-3,50
B
B = Baik
3,00-2,99
C
C = Cukup
Kurang dari 2
D
D = Kurang
Sehingga untuk mengelola data observasi diatas maka didapatkan rumus sebagai berikut:[42]
                                                Jumlah nilai observasi pada semua aspek
Skor Penilaian =
                                                jumlah seluruh aspek yang diamati


b.      Observasi Guru
Pengolahan data dari aspek-aspek penilaian penampilan mengajar guru dan metode (Sumber yang digunakan) dalam proses pembelajaran. Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan acuan konversi nilai sebagai berikut:[43]
Skor (Dalam Angka)
Nilai (Dalam Huruf)
       KET:
 3,50-4,00
A
A = Sangat Baik
3,00-3,50
B
B = Baik
3,00-2,99
C
C = Cukup
Kurang dari 2
D
D = Kurang
           
            Sehingga untuk mengelola data diatas, maka didapatkan rumus sebagai berikut:[44]
Jumlah nilai observasi pada semua aspek
Skor Penilaian =
                                                jumlah seluruh aspek yang diamati

G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban atau kesimpulan sementara terhadap masalah penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian yang akan dilaksanakan, yang kemudian dirumuskan dalam kalimat pernyataan.[45] Hipotesis tindakan ini perlu guna menguji penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah dipaparkan, maka hipotesis tindakan dalam skripsi ini adalah “Terdapat peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Fiqih Zakat Kelas X MA Nurul Muhtadin Melalui Pembelajaran Berbasis sumber (Resource Based Learning)”.

BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A.    Pelaksanaan Penelitian
1.      Pra Siklus
a.       Observasi
Kegiatan observasi yang peneliti lakukan pada pra siklus ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang implmentasi pembelajaran berbasis sumber pada mata pelajaran fiqih materi zaqatdan mengetahui prestasi siswa kelas X MA Nurul Muhtadin. Kegiatan observasi ini dilakukan pada hari             . observasi juga dilakukan dalam bentuk tes prestasi kemampuan dalam penguasaan materi zakat.
b.      Refleksi
Berdasarkan hasil kegiatan observasi yang peneliti lakukan terhadap proses pembelajaran fiqih zakat kelas X MA Nurul Muhtadin  Kab. Serang, terlihat bahwa implementasi pembelajaran fiqih zakat yang dilakukan masih menggunakan metode yang monoton, yakni masih menggunakan metode klasik dengan cara ceramah dan kemudian siswa disuruh mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk menguji kemampuannya dalam masalah zakat.
2.      Siklus I


3.      Siklus II

B.     Hasil Penelitian

1.      Hasil Penelitian Pra Siklus
a.       Data Hasil test Pra Siklus
Tabel 4.1
Hasil test Pra Siklus

No

Nama siswa
Penilaian
KKM
Pra Siklus
Ket
1
Ahmad Hilmi



2
Agustini



3
Al-hajud



4
Andri Sukma



5
Awaludin



6
Daeng Saputra



7
Dahliah



8
Dede Wahyudin



9
Desi Putri Hardiyanti



10
Eko Hasan Saputra



11
Hayanah



12
Iip Omi



13
Imastuti



14
Intan Safitri



15
Janah



16
M. Haidir Ali



17
Muhromin



18
Mukhkamad



29
Mustabsiroh



20
Na’imah



21
Nasiah



22
Nurmariyah



23
Parikah



24
Rifkiyani



25
Saefi



26
Sahroni



27
Sanwani



28
Siti Adawiyah



29
Siti Mardiyah



30
Sri Indayani



31
Suhaili



32
Sunan Jaya



33
Syarif Hidayatullah



34
Siti Nurhaeni



35
Udi fayudi



36
Ujer



37
Wildah Hadi Pratama



Jumlah



Rata-rata



Ket:                             L = Lulus
                                                TL = Tidak Lulus
            Nilai rata
b.      Data hasil observasi penampilan mengajar guru pada siklus 1
c.       Data hasil observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus 1

2.      Siklus I

3.      Siklus II


C.    Analisis Hasil Penelitian


D.    Rekapitulasi Hasil Penelitian

BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
a.       Pelaksanaan pembelajaran berbasis sumber (Resource Based Learning) di kelas X MA Nurul Muhtadin masih didominasi dengan memakai strategi pembelajaran konvensional, sebab masih lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga perlu adanya perbaikan desain model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu melalui pembelajaran berbagai sumber. Dengan adanya perbaikan dalam strategi pembelajaran ini, maka diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Implementasi pembelajaran berbasis sumber (Resource Based Learning) yang dikembangkan di kelas X MA Nurul Muhatdin adalah pembelajaran yang menggunakan sumber-sumber yang masih sederhana yang masih bisa dijangkau dan bisa dilaksanakan. Pembelajaran berbasis Sumber ini dilaksanakan secara fleksibel, dalam arti dilaksanakan sesuai dengan kemampuan guru, kondisi sarana prasarana sekolah, aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta kemampuan siswa dalam menggunakan berbagai sumber yang ada.
b.      Secara keseluruhan hasil dari implementasi pembelajaran berbagai sumber (Resource Based Learning) dalam pembelajaran Fiqih zakat di MA Nurul Muhtadin ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, perencanaan, pembelajaran dikemas dalam penelitian tindakan kelas, ternyata mampu dalam meningkatkan prestasi siswa, karena telah terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa, baik dalam segi pemahaman materi, maupun dalam hal perkembangan zakat dari era klasik maupun di abad modern ini.
c.       Implementasi pembelajaran berbasis sumber ini sangat tepat untuk diterapkan pada pembelajaran fiqih zakat karena terbuti dapat meningkatkan kemampuan atau prestasi siswa MA Nurul Muhtadin.

B.  Saran-saran
Pada bagian akhir skripsi ini, ada banyak hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian dan rekomendasi untuk dijadikan bahan pertimbangan oleh beberapa pihak yang berkepentingan yaitu sebagai berikut:
a.       Kepala sekolah MA Nurul Muhtadin hendaknya selalu memberikan motivasi terhadap dewan guru untuk mencoba mengimplementasikan pembelajaran berbasis sumber agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, serta siswa mampu, semangat dan rutin untuk menggali informasi baik dari sekolah maupun luar sekolah yang tersedia begitu berfariasi dalam era modern ini, karena telah terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa.
b.      Kepada sekolah-sekolah yang lain hendaknya mencoba untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis sumber ini, dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kemampuan guru, siswa, kondisi sekolah yang bersangkutan serta dengan keberagaman sumber yang lain yang bisa dijangkau dan dimanfaatkan untuk proses pembelajaran berbasis sumber ini.
c.       Kepada guru, khususnya bidang studi fiqih diharapkan untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis sumber ini karena pembelajaran dengan RBL tersebut dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa serta dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa, wawasan teknologi dan keaktifan siswa, sehingga hasil belajar (prestasi) siswa lebih meningkat
d.      Pemerintah, Masyarakat dan Orang tua agar lebih melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perkembangan kemampuan siswa, serta mengarahan siswa bahwa belajar bukan terbatas disekolah saja, melainkan dalam pembelajaran segala sesuatu yang bersangkutan (keluarga, masyarakat sosial) serta yang bisa menunjang (medai cetak, elektronik dll) bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan peningkatan mutu belajar sehingga prestasinya pun akan lebih meningkat.


 
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002
_______Proses Penelitian Suatu Penelitian Praktis.Jakarta : Bina Aksara, 1988
_______Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara, 2005
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi Ke empat, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008
_________Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009
Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan. Bandung : Pustaka Setia, 2006
Furchan, Arief, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, 1982
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011
Hasbullah, Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008
Mudhoffir.1996. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mujib, Abdul. dan Jusuf Mudzakir, Ilmuu Pendidikan Islam. Bandung : Prenada Media, 2006
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Sudjana, Metode Statistika Pendidikan, Bandung: Tarsito, 2005
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja        
Rosdakarya, 2006
Syah, Darwiyan, dkk. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Syarifudin, E, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Serang: Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN “SMH” Banten, 2010
Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Rasyid, Hamdan, Fiqih Indonesia. Jakarta: al Mawardi Prima, 2003
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineke Putra, 2010
Soekartawi,Meningkatkan Efektifitas Mengajar. Jakarta: radar jaya Offset, 1995
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran.Bandung : Sinar Baru, 1989
Sudjana, Nana & Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Sinar Baru, 1989
Sudjarwo. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 1984
Sudono, Anggaini, Sumber Belajar dan Alat Permainan: untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Grasindo, 2003
Suparlan, Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta : Hikayat, 2005
Suroso, Penelitian Tindakan Kelas, peningkatan Kemamapuan Menulis Melalaui Classroom Action Research.Yogyakarta: Paraton, 2009
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010
Zumhaldi, Tugas Mata Kuliah TIK, Pembelajaran Berabasis Sumber dan Pembelajar
Berbasis Multimedia, diakses 15 Agustus 2012, dari:




[1]S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 20
[2]Ibid.
[3]Soekartawi, Meningkatkan Efektifitas Mengajar, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 1995) h.1
[4]Mudhoffir, Teknologi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h.60
[5]Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia, (Jakarta: al Mawardi Prima, 2003), h. 108
[6]Yusuf P.M, Pedoman Praktis Mencari Informasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 15
[7]Sudjarwo S, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 125
[8] Sutiah, Buku Ajar,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003),hlm.8
[10] Zumhaldi, Tugas Matakuliah TIK, Pembelajaran berabasis sumber dan pembelajaran berbasis multimedia (http://www.centralischool.ca/~bestpractice/resource/index.html,diakses 15 Agustus 2012 )
[11] S.Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008) hlm. 18
[12] E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.177
[13] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2008), hlm.170
[14] 18 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru, 1989), hlm.84
[15] E.Mulyasa, op.cit.,hlm.96
[16] S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) h. 26
[17] Ibid.,h. 29
[18] Hasbullah, Otonomi Pendidikan, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2006),hlm. 119
[19] E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangan, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya,2008) h. 178

[20] S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 30
[21] Ibid, hlm.31
[22] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi ke Empat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1101
[23]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), h. 2
[24]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 148
[25]Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), h. 138
[26]Zakiah Daradjat, Metodik Khusus  Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 196-197  
[27]Ibid, h. 197-205
[28]Slameto, op.cit, h. 54-59
[29]Ibid, h. 60-64
[30]Hamdani, op.cit; h. 139-142
[31]Ibid, h. 143-144
[32] Anggaini Sudono, Sumber Belajar dan Alat Permainan: untuk Pendidikan Usia Dini. (Jakarta: Grasindo, 2003),
[33] Bobbi Dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2002), h.121
[34] Ibid, h. 132
[35] Sutiah, Buku Ajar Teori Belajar Dan Pembelajaran,(Malang:Universitas Negeri Malang, 2003 ), hlm.43
[36] Ibid., hlm. 44
[37] Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-8, p.3.
[38] E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-2, p.10-11
[39]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, P.220
[40] Darwiyan syah, dkk. Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. Ke-1, p.33.
[41] Sudjana, Metode Statistika Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 2005), cet. Ke-3, p. 67-68
[42] Ibid.
[43] Ibid.
[44] Ibid.
[45] E. Syarifudin, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Serang: Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN “SMH” Banten, 2010), p. 18

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 As_Suja' - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -